16. gardening together

11 2 0
                                    

Alea sedang menatap kamarnya yang penuh oleh barang-barang yang dibeli El.

"Ini baru hari kedua pernikahan, Kenapa dia membeli semua ini? Pasti harganya mahal. Sebenarnya apa pekerjaannya? Selama tinggal disini aku tidak pernah melihat El pergi bekerja. Darimana dia mendapatkan uang sebanyak ini?"

"Dia benar-benar berperan sebagai suami yang baik untukku." Pipi Alea merona saat itu.

"Atau ini hanyalah taktiknya? Tidak mungkin dia memberikan ini semua secara gratis padaku. Apa dia ingin membuatku berhutang budi hingga aku benar-benar tidak bisa pergi kemana pun?" Raut wajah Alea langsung berubah tegang.

"Kenapa disaat aku ingin berfikiran positif tentang El otakku selalu saja memaksaku berfikir negatif?! Ahh sudahlah jangan dipikirkan. Yang penting aku masih hidup sampai sekarang. Itu sudah cukup." Alea pun membawa topi besar yang dibeli El kemudian turun dari tangga lalu menuju halaman belakang.

Saat sudah sampai di halaman belakang, Alea melihat El sudah mencangkul tanah. Ada banyak bambu yang sudah dibagi beberapa bagian juga untuk tanaman rambat.

"Rupanya El adalah orang yang pekerja keras, dia juga merawat rumah ini sendirian. Aku baru menemukan lelaki sepertinya. Semua lelaki yang aku kenal menganut partriaki, itulah kenapa aku enggan menikah." Gumam Alea.

"Ahh aku akan membuatkan minuman yang segar dulu." Alea masuk kembali ke dapur lalu membuat minuman dari melon serut yang ditambah sirup hijau, potongan lemon dan es batu. Setelah selesai Alea membawa nampan berisi minuman dan dan 2 buah gelas ke halaman belakang.

"El aku membuatkan minuman."

"Simpan saja dulu."

"Baiklah"

Setelah menyimpan minumannya di meja Alea pun menghampiri El.

"Apa tanahnya sudah siap ditanam benih?"

"Ya, tanam dari bagian ujung kanan sana." Tunjuk El.

"Baiklah"

Alea pun segera mengambil benihnya lalu mulai menanam.

Wahh ternyata berkebun bersama menyenangkan juga. Saat di panti aku selalu melakukannya sendirian. Ternyata menikah dengan El tidak terlalu buruk juga. Meskipun aku tahu dia orang yang kejam, tapi dia tidak pernah memukulku sekalipun. Apa dia hanya baik padaku? Ahh itu tidak mungkin.

Alea dan El saling bekerja sama saat itu. Hingga waktu tak terasa cepat berlalu.

"Wahh semuanya sudah selesai." Alea mengusap keringat di dahinya dengan tissue sambil melihat kerja keras mereka berdua.

El duduk di kursi sebelah meja sambil meminum minuman yang dibuat Alea.

Alea melihat ke arah El, wajah putih El sedikit memerah karena panas matahari lalu keringat bercucuran di dahinya. Rambutnya lumayan acak acakan. Tapi meskipun begitu bukannya terlihat jelek El justru makin terlihat tampan.

El pun melihat kearah Alea karena merasa ada yang memperhatikan. Saat mata mereka bertemu Alea terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya. Pipi Alea merona entah mengapa dan dia tiba-tiba merasa malu pada El.

"A.. Aku akan memasak dulu untuk makan siang." Ucap Alea lalu pergi dari sana dengan terburu-buru.

"Ada apa dengannya?" Heran El.

.

Di dapur

Aaghhh Alea sadarlah! Kau kenapa sih?? Malah terang-terangan menatap El seperti itu! Aku tahu dia memang tampan! Sangat tampan! Tapi dia kejam Alea! Kejam!! Aghh sudahlah aku harus memasak. Alea pun berusaha normal kembali dan mulai memasak. Meskipun masih kepikiran wajah El.

"Apa ya makanan kesukaan El? Dia tidak pernah bilang ingin dimasakkan apa, jadi aku selalu masak sesuai keinginan ku saja." Gumam Alea sambil memasak.

"Nanti aku tanya saja."

Setelah selesai menyimpan semua masakan di meja makan, El pun masuk ke rumah lalu mencuci tangannya di wastafel.

"Makanlah duluan, aku ingin mandi dahulu." Ucap El karena sudah berkeringat seharian.

"Ahhh tidak aku juga akan membersihkan diri dulu. Kita makan bersama saja nanti." Alea segera pergi ke kamarnya duluan. Lalu El menyusul di belakang.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian mereka berdua pun keluar dari kamar masing-masing bersama.

El memperhatikan baju yang dipakai oleh Alea. "Ternyata ukurannya pas" Pikir El. Baju itu baru dibeli El pagi tadi.

"Alea, apa ada barang yang kamu butuhkan lagi?" Tanya El.

"Tidak, semua barang yang kamu berikan sudah sangat lebih dari cukup. Aku tidak perlu apapun lagi." Bahkan dia sampai membelikan aku pakaian dalam. Kok dia bisa tahu ukurannya ya? Ahh memikirkan nya membuatku jadi malu.

"Jika ada yang kamu butuhkan bilang saja padaku." Ucap El lalu menuruni tangga duluan.

Aku penasaran kenapa El begitu baik padaku? Tapi aku tidak berani menanyakannya. Begini saja aku sudah bersyukur. Alea pun menyusul menuruni tangga.

.

Di meja makan seperti biasa mereka duduk berhadapan.

"Emm El apa makanan yang kamu suka?"

"Semuanya"

"Apa tidak ada makanan yang ingin sekali kamu makan?"

El teringat pada makanan yang sering ibunya buatkan untuknya.

"Pasta rumahan"

Pasta, aku sering membuatnya saat di rumah. Hanya butuh tepung dan telur. Jika rumahan berarti yang tidak terlalu memiliki rasa kuat. Aku akan membuatnya, bahan-bahannya juga tersedia. "Ahh iya. Lain kali aku akan membuatnya."

El menatap Alea, sedikit terkejut karena Alea ingin memasak itu untuknya. Meskipun El tidak bisa menjamin rasanya akan sama seperti buatan ibunya, tapi El akan menghargai usahanya.

Kehidupan pernikahan ini terlalu damai, apa tidak akan jadi masalah ke depannya? Pergerakan musuh belum terdeteksi, tapi aku harus selalu waspada sekarang.




Bersambung

A MAN WITHOUT FEELINGS FALL IN LOVEWhere stories live. Discover now