"Surat ini. Lakukan dengan baik, jangan menyakiti masyarakat." Dewan Ekonomi PBB itu menekan nada suara nya lalu mengetuk kertas yang merupakan surat izin resmi dari PBB.

(Name) mengangkat sudut bibir nya sedikit dengan tatapan mencemooh. "Of course. Kami paham HAM, dan kami bukan anak kecil."

Dewan Ekonomi PBB itu mengepalkan tangan nya di dekat paha nya saat (Name) membalas ucapan nya dengan menekan kata 'HAM'. Seakan Dewan Ekonomi  itu tertampar sindiran pedas tentang direnggut nya Hak Asasi Kemanusiaan di Palestina.

"Bagus. Omong-omong anak muda, jangan terlalu keras seperti itu. Kami sedang mati-matian membela Palestina. Jangan meragukan usaha kami."

Oalah. Rupanya tersindir. (Name) mengambil kertas itu lalu memasukkan nya kedalam map plastik berwarna Maroon.

"Oh. Amerika dan hak Veto?"

Banyak masyarakat di dunia ini yang juga selalu mengutuk dan memberi kritikan pedas pada PBB karena selalu diam akan ketidakadilan yang terjadi di Negara suci yang berisi para penghuni Surga itu. Seluruh masyarakat di dunia ini, mengira jika PBB itu kerja nya tidak becus dan hanya diam menonton kekejaman itu. Padahal sesungguhnya, Amerika yang selalu menggunakan Hak Veto nya di PBB untuk mendukung penuh Israel.

Tapi, karena presiden Amerika sekarang; Albern, itu sedikit berbeda dan sedikit melenceng dari presiden biasanya, orang-orang dalam di PBB itu resah dan secara pribadi sedikit mengkritik pemerintahan Albern yang terlalu manusiawi. Albern saja tidak peduli, yang penting Amerika tentram.

"Nak, kami tidak bisa mengganggu Hak Veto dari negata-negara tertentu yang berhak atas Veto. Sekjen PBB bahkan mengamuk ke Israel karena 196 relawan bantuan terbunuh. Tapi, entah kenapa, Negara Zionis itu mulai terombang-ambing keadaan negara nya. Itu berawal dari presiden Albern yang memboikot seluruh produk Israel dan memutuskan kerja sama. Banyak kursi di PBB yang menentang keras  kebijakan presiden Albern, tapi aku dan Sekjen, juga beberapa petinggi lain, juga Mahkamah Internasional diam-diam bersyukur. Karena kebijakan presiden Albern, gencatan senjata di Gaza akhirnya terkabulkan."

(Name) tersenyum tipis, memuji kebijakan-kebijakan manusiawi dari kepemimpinan Albern di Amerika Serikat. Dia tersenyum kecil kearah Dewan Ekonomi PBB, andai Dewan itu tau siapa penyebab Israel terombang-ambing. Mereka lah dalang nya. Haha.

"Hampir keseluruhan dunia ini sangat bersyukur atas jatuh nya negara Zionis itu. Kalau begitu, pak. Aku permisi, oh, jangan terkejut jika mendengar kabar di siaran televisi tentang penyerangan dan pemberontakan di salah satu keluarga terkenal disini." (Name) berdiri, menggenggam erat map plastik berwarna Maroon itu lalu menjabat tangan Dewan Ekonomi PBB.

Dewan itu mengangguk. "Ya, nak. Ambil kembali pusaka dunia itu."

"Tentu. Aku permisi. Terima kasih atas jamuan nya, pak."

**

"Sstt, sstt, kau menginjak sepatu ku, brengsek." Harry meronta-ronta. Dia menggigit bibir bawah nya menahan pegal karena kaki besar Jake yang terbalut sepatu hitam itu menginjak kaki nya dengan kuat.

"Ha? Oh! Maafkan aku Harry. Aku sengaja."

Anak setan.

Harry menghembuskan nafas lega saat kaki Jake berpindah dari atas kaki nya ke tanah. Harry menekan airpods di telinga nya, tersambung dengan dua rekan perempuan nya yang berada di bagian utara.

"Girls. Bagaimana kondisi nya?"

Cleo disana memegang airpods nya. "Aman mazzeh, tidak ada keanehan. Keluarga itu kediaman nya terlihat lengah dan santai."

(Name) yang berada tepat disebelah Cleo juga mengangguk. "Benar. Pengawalnya pun tidak bersenjata. Ayo, bergerak."

"Baik. Mulak beri aba-aba." Harry dan Jake bersiap dengan alat pengait besi mereka untuk terjun dari gedung yang satu ke gedung lain dan dari rumah ke rumah.

Boboiboy X Reader (Possesive Husband) Where stories live. Discover now