🌱S3. Part 15

Começar do início
                                    

Kelvin sontak mendecih kesal lantaran dibandingkan dengan pria dalam komik.

"Lebih sexy gue atau manusia gepeng ?"

"Tentu aja Lo," sahut Erika cengengesan. Terlihat tak menyakinkan.

Kelvin mengenggam tangan Erika lembut, lalu mengecupnya perlahan. Menatap lekat Erika hingga Erika salah tingkah.

"Gue gak suka dibanding-bandingkan sama cowok lain, sayang."

Erika tertawa geli. "Ada-ada aja. Lo cemburu sama cowok fiksi? Cowok yang jelas-jelas gak nyata?"

"Ya. Siapapun dia. Nyata atau gak nyata. Gue tetap gak suka kalau dia berhasil menarik perhatian Lo. Seharusnya, perhatian Lo cuma boleh tertuju buat gue!"

Erika memeluk Kelvin gemas. "Astaga. Posesifnya suami Erika. Jadi, makin sayang deh."

Kelvin membalas pelukan Erika dengan senyuman terpatri di bibirnya. Suka melihat Erika mengerti dan memahami perasaannya. Tidak memarahinya lagi ataupun bersikap sinis seperti dulu.

****

Pagi ini begitu rusuh. Erika kelabakan akibat terlambat bangun tidur. Buru-buru ke kamar mandi, mencuci wajah dan menggosok gigi. Menghidupkan laptop dan bersiap mengikuti zoom karena hari ini kelasnya mengikuti kuliah daring. Maklum, masih banyak mahasiswa pulang kampung dikarenakan hari ketiga puasa.

Namun, sialnya, aplikasi zoom harus di update dulu sehingga membuat Erika menggigit jari cemas. Takut di anggap absen oleh Bu Zera.

Erika menoleh ke Kelvin, menatap pria itu penuh harap. "Gimana ini, Pin? Lo punya zoom gak?"

"Gak, sayang."

Erika meraup wajah gelisah. Tak sabaran menunggu hasil update-an selesai.

Sembari menunggu, Erika memakai kemeja, bedak dan lipstik, serta menyisir rambut supaya terlihat niat kuliah.

Kelvin hanya bisa geleng-geleng kepala sendiri melihat Erika kerepotan. "Makanya, jangan begadang." Komennya.

"Salah siapa buat gue begadang?" Tandas Erika gemas sedangkan Kelvin menyengir.

Atensi Erika teralihkan kala zoomnya berhasil di instal. Bahunya tertunduk lesu kala mendengar dosen sedang mengambil presensi dan namanya sudah terlewatkan.

Saat berusaha mengatakan kehadirannya pun, Erika tidak bisa karena diabaikan. Entah suaranya yang tidak terdengar atau memang dirinya sengaja diabaikan.

Erika menghela napas panjang. Memutuskan aktif di kelas hari ini supaya kehadirannya terlihat oleh Bu Zera.

Saking aktifnya, Kelvin sampai menyeletuk. "Tuh kan! Lo itu pintar. Bisa menjawab pertanyaan dosen dan aktif di kelas. Dari tadi Lo terus yang menjawab pertanyaan dosen dan menambahkan jawaban pas diskusi. Kenapa selama ini insecure banget sama kemampuan sendiri?"

"Ini bukan pintar Kelvin, tapi dipintar-pintarin biar gue gak dibuat absen. Walaupun gue telat masuk zoom, setidaknya ibu kan tau kalau gue niat kuliah," balas Erika tanpa menatap Kelvin.

Kelvin memutar bola mata malas. "Iya deh."

Sementara itu, Erika kembali fokus mengikuti perkuliahan. Mencatat semua penjelasan dosen dan menjawab pertanyaan yang dilemparkan. Apalagi diiming-imingi nilai bonus. Erika kian tertarik aktif di kelas.

Setelah zoom selesai, Erika merebahkan tubuhnya di atas sofa. Lelah bukan main. Beristirahat sejenak sebelum mengerjakan kuis. "Pin, Lo ngapain? Sibuk amat dari tadi." Celetuknya.

"Mau tau aja atau mau tau banget?"

"Ishh! Lo mah nyebelin."

Kelvin tertawa melihat Erika menggerutu. "Gue sedang lihat foto-foto Lo, sayang."

Erika bertopang dagu. Menatap polos Kelvin. "Ngapain lihat fotonya kalau orangnya ada di sini?"

"Iya juga sih. Tapi, gimana dong? Gue suka lihat fotonya dibanding lihat aslinya." Canda Kelvin.

"Karena di foto gue kelihatan cantik karena pakai filter ya?" Kikik Erika.

"Tanpa filter pun, tetap cantik kok." Kelvin menatap Erika lurus. "Jujur deh, sayang. Berapa mantan Lo?" Sampai sekarang, ia masih saja meragukan jawaban yang pernah dilontarkan Erika.

"Gak ada."

"Masa gak ada?"

"Iya loh."

"Pacaran online pernah?"

"Pernah. Cuma gue gak pernah ketemu sama tuh cowok di dunia nyata. Apalah artinya pacaran lewat chat doang. Bisa aja kan dia bohong kayak gue, bilang suka padahal aslinya gabut doang." Erika tertawa mengingat masa lalu. Dimana dirinya pernah memiliki banyak pacar online di saat bersamaan.

Kelvin melanjutkan sesi tanya jawabnya, "Selama ini udah berapa cowok yang nyatain perasaan ke Lo?"

"Gak ada."

"Mustahil."

"Soalnya gue gak pernah merespon cowok. Ada yang ngajak kenalan, gue kasih tatapan sinis. Ada yang chat, gue cuekin. Ada yang telpon atau vc, gue blokir. Ada yang nunjukin perasaan, gue jauhin." Imbuh Erika.

Kelvin meringis lantaran teringat sosoknya di masa lalu. Pernah menjadi korban Erika. Ditatap sinis, dicuekin, diblokir, diusir, dan dijauhin.

Namun, di sisi lain, ia senang dengan sikap Erika yang begitu karena Erika tak pernah memberikan peluang untuk lelaki selain dirinya.

Hanya dirinya lah yang diperhatikan dan dicintai oleh Erika. Ya, hanya dirinya!

Bersambung....

Senin, 18/3/24

Baru bisa update karna kemarin sibuk skripsian. Kejar target selesaiin bab 1-3🥵

Doain skripsiku lancar ya ges><

firza532

Kelvin: Possesive BoyOnde histórias criam vida. Descubra agora