Part 29 [ Akhir dari Semuanya ]

62 29 26
                                    

Saat ini semua yang ada di ruangan serba putih itu tengah merasakan kekhawatiran yang  begitu dalam untuk seorang gadis yang sedang ditangani oleh dokter.

Liam terus menggenggam jemari Sekar, seakan menyalurkan apa yang ia rasakan saat ini. Sedangkan gadis itu, hanya diam sembari mengelus lengan Liam agar cowok itu merasa lebih tenang.

Virna menatap kosong ke arah ruangan dimana Runika yang sedang dipasangkan alat medis untuk membantunya bernapas. Kai mendekat dan meraih gadis itu untuk masuk ke dalam dekapannya.

"Gue nggak nyangka kalau Runika mengidap penyakit jantung," ujar Rafa tiba-tiba memecahkan keheningan.

"Gue jadi semakin merasa bersalah sama dia," jawab Liam dengan suara lirihnya.

"Kak Liam," panggil Sekar melepaskan genggaman tangannya.

"Lo mau kemana?" tanya Liam meraih kembali jemari lentik milik Sekar.

"Mau pulang."

Semua yang ada di sana langsung menatap ke arah Sekar, kenapa gadis itu meminta pulang di saat semuanya sedang merasakan kesedihan. Apakah dia juga tidak merasakan sedih?

"Lo nggak liat situasi apa?" tanya Virna menatap ke arah Sekar.

"Buat apa gue di sini? Toh gue juga orang baru kan yang masuk ke dalam hidup kalian semua."

"Jadi, nggak ada alasan buat gue di sini."

Sekar melenggang pergi meninggalkan semuanya dengan kediamannya masing-masing, entah apa yang mereka pikirkan.

"Selama ini Runika dirawat di rumah sakit yang berada di Singapura, kita memutuskan untuk membawanya ke sana agar Runika bisa mendapatkan kesehatannya kembali, meskipun sangat sulit untuk menyembuhkannya."

"Kami sengaja tidak memberi tahu siapapun karena ini memang permintaan dari Runika."

"Bertahun-tahun kami berusaha untuk menyembuhkan Runika, hingga kami merasa senang dia kembali pulih dan memutuskan untuk kembali lagi pulang ke Indonesia."

"Tapi sekarang, kami kembali melihatnya kembali terbaring lemah." Dara selaku ibu dari Runika tidak bisa menahan air matanya yang ingin berjatuhan.

"Sudahlah, semoga saja anak kita baik-baik saja," sahut Retno papa Runika sembari memeluk istrinya itu.

Mereka semua hanya diam mendengarkan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Jantung anak bapak semakin melemah, sepertinya kita membutuhkan donoran jantung," ucap dokter yang keluar dari ruangan Runika yang langsung tertuju pada Retno.

Belum sempat Retno menjawab ucapan dari dokter tersebut, tiba-tiba di dalam ruangan Runika, seorang suster berteriak memanggil dokter yang sedang berbicara dengan Retno.

Mendadak asmofer yang ada di sana menjadi semakin mencengkam. Dara pingsan di dalam pelukan Retno, sedangkan Virna semakin histeris di dalam pelukan Kai. Liam dan Rafa menggeram dengan kuat.

"Sepertinya kita terlambat, anak bapak sudah tidak bisa kita selamatkan."

"RUNIKAAA!" pekik Liam menendang bangku yang ada di sana.

Semuanya menjadi histeris, Dara yang sudah pingsan, Virna yang tidak bisa berhenti menangis.

"Kak Runika kenapa ninggalin Virna?"

"Kakak janji bakalan temenin Virna sama lulus SMA?"

"Kak Runika, jangan tinggalin Virna."

Entah bagaimana caranya sehingga Virna bisa masuk ke dalam ruangan Runika dan memeluk erat tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.

Heart Games [Selesai]Where stories live. Discover now