Part 18[Sebuah Kebenaran]

42 38 9
                                    

"Sekar bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sekar bangun." Maya mengguncangkan tubuh Sekar dengan kuat.

"Sekar," panggilnya sekali lagi.

Maya tidak tahu lagi harus bagaimana cara membangunkan Sekar. Apa dia harus berteriak? Ahh, itu tidak mungkin dia lalukan di sini, mengingat banyak orang yang akan menatapnya aneh.

"Sekar, Kak Liam di luar nungguin lo. Nanti kalau lo masih belum bangun, dia sendiri yang bakalan bangunin lo."

Perkataan Maya seperti matra yang langsung membuat Sekar membuka lebar lebar kedua matanya. Maya yang melihat itu jadi terkejut sendiri, ternyata ini sangat mempan pada Sekar.

Sedangkan Sekar, ia tengah mengumpulkan nyawa dan kesadaran dirinya. Sekar tidak ingin kejadian itu terulang lagi, di mana Liam yang menyiramnya saat membangunkannya. Mengingatnya saja membuat Sekar jadi takut sendiri.

"Gue keluar duluan," pamit Maya pada Sekar.

Sekar menarik napas panjang dan membuangnya secara kasar, rasanya ia belum siap untuk melihat drama hari ini dan rasa kantuk yang sangat mendominasinya sekarang.

Bagaimana tidak mengantuk, dia saja baru tidur sekitaran jam 4 pagi dan sepagi buta ini pun dia harus bangun.

"Sekar," panggil Rafa yang berdiri di depan tenda Sekar.

"Apa?" jawab Sekar dari dalam.

"Gue mau jalan pagi, lo ikut gak?" ajak Rafa.

"Mau." Sekar langsung berhambur keluar tenda dengan antusias.

"Cuci muka dulu sana." Rafa melihat penampilan Sekar dari atas hingga bawah. Dia tampak sangat berantakan.

Sekar baru menyadari kalau dia baru bangun tidur. Malu? Tentu saja, dengan kecepatan kilat Sekar kembali masuk dan mengambil sabun cuci muka, ia pun kembali keluar menuju toilet.

Rafa yang melihat tingkah lucu Sekar hanya menggelengkan kepalanya.

"Ngapain lo?" tanya Kai yang berdiri di samping Rafa dan disusul Virna di belakang Kai.

"Mau jalan pagi sama Sekar."

"Gue gak lu ajak Kak?" tanya Virna menunjuk dirinya sendiri.

"Lo mau ikut?"

"Enggah, ah malas banget." Virna menyengir kuda dan mengangkat jari telunjuk dan tengah seperti huruf V.

"Ayo Kak," ajak Sekar bersemangat.

Mereka berdua langsung pergi dari sana dan menuju Pekarangan Sekolah, berkeliling tanpa tujuan.

Alasan kenapa mereka tidak boleh keluar pagar? Karena para penjaga dari anggota OSIS tidak akan memberikan izin dan itu sudah menjadi peraturan. Sekar memandang sekitaran taman yang baru ditumbuhi oleh bunga, terlihat cantik dan indah untuk dipandang.

Heart Games [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang