Part 06 [Mocha Latte]

72 48 7
                                    

Sekar memasuki kafe milik ibunya dan mendudukkan bokongnya di bangku kayu berwarna coklat yang  mengkilat, berhadapan dengan lelaki yang menjadi pusat perhatiannya saat memasuki kafe ini dan menatap ibunya secara bergantian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sekar memasuki kafe milik ibunya dan mendudukkan bokongnya di bangku kayu berwarna coklat yang  mengkilat, berhadapan dengan lelaki yang menjadi pusat perhatiannya saat memasuki kafe ini dan menatap ibunya secara bergantian.

Liam yang merasa urusannya sudah selesai pun, memilih pergi ke luar kafe membawa pesanannya. Sekar terdiam, saat ia melihat barang bawaan Liam, ternyata dia hanya memesan minuman. Wajar saja bukan? Karena kafe Dona memang menjual minuman dan itu berhak siapa saja yang datang, termasuk Liam.

"Dia siapa kamu?" tanya Dona heran dengan sikap putrinya.

"Bukan siapa-siapa," jawab Sekar seadanya, memang benarkan? Liam bukan siapa-siapa untuk Sekar, dia hanyalah kakak tinggat satu sekolah, bukan teman atau pun pacar.

"Mocha Latte?" gumam Sekar melihat sisa minuman dari Liam.

"Itu minuman favoritnya, dia selalu mesan minuman ini," ucap Dona yang mendengar gumaman Sekar.

Kok sama, batin Sekar malu malu.

"Kamu bantuin Ibu, beres-beres ya!" pinta Dona pada Sekar.

"Siap, Bu." Sekar meletakan tasnya di atas kursi  dan berjalan ke arah meja pelanggan satu persatu, mangambil gelas yang sudah kosong, membuang tisu yang berserakan, mengelap meja dan masih banyak hal yang Sekar lakukan.

"Assalamu'alaikum."  Cakra menampakan dirinya dari balik pintu kafe, ia tersenyum ke arah wanita yang sangat disayanginya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Sekar dan Dona bersamaan.

"Tumben lama lo pulang?" tanya Sekar mencurigai adiknya ini.

"Biasanya juga lama gue pulang," balas Cakra santai.

Sekar memalingkan pandangannya ke arah sebelah kiri yang memperlihatkan wanita paruh baya yang sibuk mengelap meja dan membawa kelas kotor ke belakang. Ia menghampiri wanita tersebut dan merangkul lengannya manja.

"Ibu, biar aku aja yang beresin." Sekar langsung mengambil alih kain lap yang ada di tangan Dona. Sedangkan Dona hanya diam tanpa merespons ucapan sang anak. Ia yakin, kalau menolak pun. Sekar pasti tidak akan mendengarkan tolakannya, lagi pula ia sudah merasa lelah dan butuh waktu istirahat.

Sekar melihat sang ibu yang sedang duduk santai di bangku kayu, ia melirik Cakra yang masih asyik dengan game di ponselnya. Sekar melempar kain lap yang ada di tangannya ke arah Cakra.

"Apa, sih ganggu banget." Cakra merasa kesal dengan ulah kakaknya, gara-gara Sekar ia kalah dalam permainan.

Sekar menunjuk sang ibu dengan dagunya berharap Cakra mengerti maksud dari tunjukan itu. Tentu saja Cakra mengert, dia pun langsung berdiri mengahampiri sang ibu dan memberikan pijitan pada bahunya.

"Sekar," panggil sang ayah dari luar kafe.

"Iya, Ayah." Sekar langsung berlari menuju Tama yang sibuk dengan pelanggan di luar.

Heart Games [Selesai]Where stories live. Discover now