Part 27 [Sebuah Permohonan]

43 38 12
                                    

Malam yang begitu dingin, ditemani oleh secangkir kopi hangat dan beberapa jejeran makanan yang ada di atas meja bundar, terdapat tiga laki-laki yang asyik dengan ponselnya masing-masing tanpa mempedulikan satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam yang begitu dingin, ditemani oleh secangkir kopi hangat dan beberapa jejeran makanan yang ada di atas meja bundar, terdapat tiga laki-laki yang asyik dengan ponselnya masing-masing tanpa mempedulikan satu sama lain.

"Lo beneran udah move on dari Sekar?" tanya salah satu dari mereka memecahkan keheningan.

"Gue juga nggak tau," jawabnya dengan wajah sendu.

"Kalau lo emang masih cinta sama dia, lo harus kejar lagi." Kai nampak memberikan semangat kepada Liam.

"Masalahnya dia yang minta gue ngejauh." Liam meletakan ponselnya dan melirik ke arah rintikan hujan yang masih setia turun.

"Dan lo mau aja?" tanya Kai dengan pandangan yang masih fokus pada layar ponsel.

Liam terdiam, apa yang dibilang oleh Kai itu memang benar, seharusnya kalau ia memang masih mencintai Sekar, ia tidak akan menerima permintaan Sekar untuk menjauhkannya. Rafa menepuk pundak Liam seraya tersenyum tipis.

"Lo bodoh," ujarnya langsung berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamar Liam. Posisi mereka sekarang sedang duduk di balkon kamar.

Kai yang melihat Rafa pergi pun juga ikut menurut di belakang, meninggalkan Liam yang masih terdiam menatap hujan. Sebenarnya banyak hal yang ingin Kai ceritakan kepada Liam tentang Sekar, tapi melihat Liam lebih banyak diam malam ini membuatnya mengurungkan niat tersebut. Padahal Liam selalu banyak diam, tapi kali ini dia jauh lebih berbeda dari yang biasanya, entahlah apa ini ada pengaruhnya dengan Sekar? Kai pun tidak tau harus bagaimana lagi menghadapi kisah cinta sahabatnya sendiri, lantaran kisah cintanya juga sedang berantakan. Dia ingin kembali mendekati Virna, namun itu semua hanya keinginan tanpa ada tindakan.

Liam melirik layar ponselnya yang memperlihatkan notifikasi dari Runika, dengan sangat malas Liam membuang notifikasi itu dan kembali mematikan ponselnya.

Lo lagi apa? Gue kangen sama lo, seandainya dulu gue menolak permintaan lo, mungkin sekarang gue masih bahagia sama lo, batin Liam dengan rasa penyesalan.

Tangannya meraih sebuah gelang yang pernah ia berikan kepada Sekar, bahkan gelang itu selalu Liam bawa kemana pun dia pergi, katanya hanya dengan cara ini dia bisa merasakan keberadaan Sekar di sisinya.

"Apa gue telpon aja?" gumam Liam pada dirinya sendiri, dengan ragu ia pun meraih kembali ponsel tersebut dan memandang nomor yang akan ia panggil. Akan tetapi, rasa ragunya begitu besar, ia yakin kalau Sekar tidak akan mau mengangkat panggilan darinya. Sejenak, ide gila terlintas dalam pikiran Liam membuatnya tersenyum tipis. Dengan rencana ini pasti Sekar akan mau memaafkannya.

Liam bergegas mengambil jaket dan kunci motornya lalu berlari ke keluar kamar tanpa mempedulikan teriakan Rafa dan Kai yang memanggil namanya. Keputusan Liam kali ini sudah bulat, biarlah di luar sana hujan yang penting ia bisa kembali melihat gadisnya yang selalu mengguncang hati kecilnya.

Heart Games [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang