Part 05 [Liam dan Ibu?]

57 46 9
                                    

Hiruk piruk jalanan Pagi hari ini membuat Sekar merasa lebih nyaman untuk berlama lama di sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hiruk piruk jalanan Pagi hari ini membuat Sekar merasa lebih nyaman untuk berlama lama di sini. Udara yang sejuk, kicauan burung yang merdu menambah suasana menjadi indah. Langkahnya sengaja dipelankan agar ia bisa lebih lama lagi untuk menikmati keindahan Pagi.

"Bukannya gue bilang mau jemput lo?" ujar seseorang di samping Sekar.

"KAK LIAM?" Sekar begitu terkejut dengan keberadaan Liam yang sudah ada di sampingnya.

"APA?" balas Liam yang juga meninggikan suaranya.

"Kapan sampainya? Terus kapan juga, Kak Liam bilang mau jemput? Terus ini juga, motor Kak Liam mana? Kak Li-"

"Berisik lo," potong Liam sambil membekap mulut Sekar.

"Lagian, Kak Liam ngagetin aja," adu Sekar setelah melepaskan bekapan Liam pada mulutnya. Sedangkan orang yang dimaksud, hanya diam tanpa ingin menjawab.

Mereka berdua kembali melangkahkan kaki menuju sekolahan, ditemani oleh sinar Ultraviolet yang mulai memancarkan cahayanya.

Jalan bersama dengan Liam membuat Sekar sedikit gugup dan canggung. Ia hanya menundukan pandangannya ke bawah, sesekali melirik langkah Liam yang begitu besar. Sekar berusaha untuk mensejajarkan langkahnya dengan Liam agar bisa beriringan. Namun, usahanya sia-sia karena langkah kaki Liam yang begitu besar.

"Kalau mau samaan bilang aja," cibir Liam mundur ke belakang dan menyamakan langkah kakinya dengan Sekar. Merah merona datang menghiasi pipi Sekar seperti Kepiting rebus, Liam yang menyadari ada perbedaan dari Sekar, membuatnya sedikit tersenyum tipis.

Manis, batin Liam.

"Kak Liam, tumben nggak bawa motor?" tanya Sekar mengalihkan topik.

"Pengen aja," jawab Liam seadanya.

"Kak Liam, juga kenapa mau jemput?"

"Wartawan lo?" tanya balik Liam pada Sekar.

"Mahasiswa SMA," balas Sekar sambil tertawa kecil. "Nggak lucu tau," sambungnya masih tertawa.

"Nggak lucu tapi ketawa?"

Sekar menyengir dan mengangkat dua jarinya seperti huruf v.

"Udah sampai, gue ke kelas dulu." Sekar berlari begitu cepat saat telah sampai di depan gerbang sekolah. Aksi itu tidak lepas dari tatapan sisawa yang berkeliaran di lapangan dan di perkarangan sekolah lainnya.

"Tumben jalan kaki?" Rafa menepuk bahu Liam yang tepat di depannya.

"Tau, nggak biasanya lo jalan kaki," sambung Kai membenarkan.

"Bukannya ngejawab malah pergi," ketus Kai yang melihat punggung tegap Liam yang semakin menjauh.

"Kayak nggak tau dia aja lo." Rafa juga ikut pergi meninggalkan Kai yang masih setia berdiri di depan gerbang.

Heart Games [Selesai]Where stories live. Discover now