TFC - 09

74 10 1
                                    

"bang kata gue mah mending lo cepetan dor si Ale."ucap Dion sambil menyodorkan segelas kopi ke Megan.

Megan menerima kopi yang dibuatkan Dion dan meniupnya setelah itu menyesapnya sedikit "dor?"

"Tembak anjir, gitu aja gatau."

"Ya lo ngomongnya yang bener lah, mana gue ngerti."

"Btw emang kenapa?"lanjutnya

"Saingan lo banyak soalnya, anak teknik ada yang mepet Ale. Eh bukan anak teknik doang deng, banyak lah pokoknya."

Kedua anak Pranadipa itu kini sedang berada di balkon kamar milik Megan, keduanya memang terbilang sering untuk sekedar mengobrol seperti ini.

"Iyakah? Trus gue harus ngapain?"tanya Megan

"Bang, gue tau goblok tuh gratis. Tapi jangan lo borong semua juga elah. "

"Tembak Ale cepetan."lanjut Dion gregetan

"Kalau dia gamau gimana?"

"Lah kalau gamau kenapa dia seterbuka itu sama lo, bahkan tiap Minggu mau aja disuruh kesini?"

"Iya nanti nyari timing yang tepat."

"Jangan iya-iya doang loh bang, inget."

"Lo keknya mau banget Ale jadi kakak ipar lo ya?"tanya Megan

Dion meneguk kopinya "anjay kakak ipar ga tuh."

"Ya kan nanti kalau gue sama dia nikah jadi kakak ipar lo lah."

"Buset, langsung nikah banget nih."

"Kan nanti Dion, lo ngerti kata nanti ga?"Megan gregetan dan menyentil lengan Dion.

"Sabar dong jangan ngegas gitu."

"Emosi gue lama-lama. Udah ah gue mau masuk dulu, ada kerjaan yang belum beres."

"Kerja terus, tipes lo nanti."

"Mulut lo. Udah sana tidur, anak bayi ga boleh tidur malem."

"Moncong mu bayi."

Megan tertawa lalu mengerjakan kembali pekerjaan kantornya.

***

"Loh tumben abangmu belum turun, panggil dulu sana Yon."ucap Anin

Dion mengangguk dan berjalan ke kamar Megan. Dion mengetuk pintu kamar abangnya, tak ada sautan.

"Bang bangun."

"Abangg."

Dion terus mengetuk pintu sampai sang puan kini sudah berdiri dengan wajah bantalnya.

"Bangun anjir, lo ga kerja?"

Megan menguap dan berbalik masuk ke kamar "gue mandi dulu."

"Gue sama bunda ayah, nunggu dibawah. Cepetan."

Megan mandi dan langsung bersiap, kemeja putih dengan celana bahan warna biru Dongker ditambah jas dengan warna senada.

"Tumben Abang kesiangan."ucap Anin begitu melihat Megan turun

"Iya Bun, biasa kerjaan."

"Ayah hari ini ga ke kantor dulu, pinggang ayah sakit."

"Iya gapapa."

"Yaudah makan dulu sarapannya."

Semua memakan sarapannya masing-masing.

***

"Abang nitip ini buat Ale."ucap Megan

"Ketemu kan nanti?"

Dion mengangguk "ketemu, orang kelas bareng."

"Apanih btw?"tanya Dion

"Dilarang kepo. Yaudah gue berangkat dulu, hati-hati nyetirnya lo."

Dion sampai kampus, sebelumnya dirinya sudah janjian dengan Alyssa di kantin.

"Nih ada titipan dari Abang."ucap Dion lalu menyodorkan paper bag yang entah apa isinya.

"Makasih. Btw lo udah sarapan Yon?"tanya Alyssa

"Udah. Kenapa? Lo belum sarapan?"

Alyssa menggelengkan kepalanya "belum gue, temenin ya."

"Dara mana?"

"Dia lagi sakit, biasa tamu bulanannya lagi dateng."

"Tipsen?"

"Iyalah, apalagi."

"Yaudah, udah pesen makan belum lu?"tanya Dion

"Baru mau."

"Nitip es kopi sekalian ya tolong, ini uangnya."

"Kaya biasa kan? Gue pesen dulu,jagain nih tas gue."

Sebenernya Yesa, Dara, Hendry juga ada kelas bareng pagi ini. Cuman Dara lagi berhalangan hadir, kalau Yesa sama Hendry lagi jalan, belum nyampe.

The Final Chapter - Kim Mingyu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang