❄36

11.8K 1.4K 293
                                    

Malam ReLuvi..

Gimana kabarnya?

Beberapa hari ini aku sibuk susun proposal menjadi penyebab aku up lama.

Maaf ya udh ggantung kalian cukup lama.

Moga gak bosan nungguin cerita ini.

Happy Reading!!

❄❄❄

Huft~

Entah sudah berapa kali dalam sehari ini Alunada menghela napas. Hati dan pikirannya tidak bisa berhenti untuk memikirkan Kalingga. Sadar apa yang baru saja dia lakukan, Alunada menggelengkan kepalanya ribut.

"Lingga itu pembunuh, jangan kasihan. Oke, jangan kasihan." sugestinya pada diri sendiri. Namun tubuhnya tidak bisa diajak kompromi, Alunada berjalan mondar-mandir dengan bibir yang sesekali digigit.

Saking asiknya pada dunia sendiri, Alunada tidak menyadari kedatangan Kazael yang sedari tadi sudah mengamati aksinya. Barulah ketika ia berdehem, wanita itu mengalihkan atensi padanya.

"Kenapa?" tanyanya setelah menyadari kegelisahan Alunada. Pertanyaannya tidak langsung dijawab, malah Alunada menatapnya lamat.

Posisi mereka sekarang ini berada di rumah orang tua Kazael alias mertuanya. Pertama kali datang, rumah hanya dihuni pelayan sedangkan kedua mertuanya sedang tidak ada ditempat.

"Gimana Lingga?"

Kazael menaikkan satu alisnya, sudut-sudut bibirnya terangkat. Langkah kakinya mengayun ringan menuju Alunada yang tidak merubah posisinya sejak tadi. Tubuhnya yang menjulang tinggi menjadikan Alunada harus mendongak menatapnya.

"Suami lo baik-baik aja. Lebih dari kata baik, gue sebagai kakaknya akan menjamin keselamatannya," ungkapnya terdengar tulus di telinga Alunada. Menjauhkan tubuhnya, Kazael kembali berujar. "Lagipula, lo udah memilih untuk pergi darinya, jadi lo gak perlu lagi pikirin gimana nasib Lingga di luaran sana. Itu sudah bukan urusan lo lagi."

Alunada terhenyak, tanpa sadar tubuhnya mundur dua langkah. Pandangannya lalu turun menatap jari manisnya yang terselip cincin pernikahan mereka. Tatapannya meredup, ucapan Kazael sudah seperti bongkahan batu yang mengenai tepat di ulu hatinya.

"Tapi, dia adalah ayah dari anak-anakku." ujar Alunada yang kali ini dengan pandangan terangkat. Perasaannya kian gelisah lantaran kembali memikirkan nasib Kalingga di luaran sana. Alunada memiliki firasat bahwa Kalingga sedang tidak baik-baik saja.

"Di mana Kalingga dirawat?" kali ini Alunada mengalihkan pembicaraan. Namun pertanyaannya dibalas ekspresi dingin dari Kazael.

"Lo gak perlu tau, yang pasti adek gue baik-baik aja." ungkapnya berbalik meninggalkan Alunada yang menatap punggungnya rumit. Satu helaan napas panjang lolos dari bibirnya, Alunada berjalan menuju ranjang lalu duduk di sana. Netranya kemudian memindai bekas kamar Kalingga yang beberapa sudut sudah berdebu.

Bukan tanpa sebab Kazael membawanya kemari, itu karena Alunada yang meminta agar dibawa di kamar Kalingga.

Puas melihat-lihat kamar Kalingga, Alunada kemudian merogoh ponsel yang ia selipkan pada dress-nya. Dirinya pun baru menyadari masih membawa ponsel saat tiba di rumah sang mertua tadi. Namun saat akan mengaktifkannya, Alunada berpikir bahwa bisa saja Kalingga melacaknya lewat gadget tersebut.

Akhirnya Alunada menyimpan ponselnya, dan kembali lagi pikirannya berkecamuk.

Malam harinya, Alunada keluar dari kamar karena makan malam akan tiba sebentar lagi. Dirinya belum tiba di meja makan saat sayup-sayup mendengar perkataan pekerja yang sedang menyiapkan makanannya.

TRAP!Where stories live. Discover now