❄25

19.2K 2.4K 950
                                    

"Gimana kalo lo yang gantiin Reana jadi pengantinnya?"

Alunada yang mendengar itu kontan berdiri bercampur dengan ekspresi kaget. "Lingga, gak usah aneh-aneh deh. Gimana ceritanya gue gantiin posisi kak Reana?"

Kalingga juga ikut berdiri, tubuhnya yang tinggi mengharuskan Alunada mendongak menatapnya.

"Ya terus, harus dibatalin acara yang nyaris 100% selesai?" Kalingga bertanya sarkastik, gurat marah jelas tergambar di wajahnya.

"Ya gak sampe ambil langkah ini juga. Masih ada cara lain."

"Terus lo udah ada cara lain yang lo maksud itu?"

Alunada membuka mulutnya hendak berbicara namun kembali tertutup saat ia sendiri buntu.

"Tapi gue gak mau ambil langkah ini. Pernikahan itu janji seumur hidup. Gue gak bisa menjadikan alasan pengkhianatan Reana untuk mengambil posisinya. Bagi gue pernikahan harus melibatkan perasaan, serta keyakinan. Kalo gak ada itu, pondasi pernikahan tidak ada."

"Tapi gue yakin." sela Kalingga. Alunada menatapnya lalu membuang napasnya.

"Lo yakin, tapi gue gak. Gue belum siap, gue juga belum yakin, dan gue juga gak ada rasa pun lo demikian. Lo ngambil keputusan semata-mata karena dikhianati Reana bukan karena lo ingin nikah sama gue, dan gue gak mau di masa depan lo nyesel. Seharusnya lo udah ngerti." pungkasnya menatap Kalingga gusar.

Lalu tiba-tiba Kalingga memegang kedua bahu Alunada dan memaksa agar gadis itu mau menatapnya.

"Kalo lo gak mau otomatis keluarga besar gue bakal marah. Gue udah effort banget, semua gue lakuin buat keluarga lo..."

Tidak, mereka bukanlah keluarganya. Alunada adalah jiwa yang nyasar dalam cerita Naiza. Bagaimana mungkin Alunada mengorbankan dirinya demi Reana meski kakaknya itu adalah sosok yang baik, yang pernah membiayai uang sekolahnya.

".... Dan apabila pernikahan ini dibatalkan, gue mending mati. Gue gak sanggup bila harus menanggung malu. Juga, nyokap gue punya penyakit jantung, rasanya gue enggak bisa bayangin bila pernikahan ini tidak terjadi. Gue takut. Gue gak mau kehilangan nyokap, Gey." lirihnya dengan bahu terkulai.

Alunada yang mendengarnya tentu terkejut, memang siapapun yang berada di posisi Kalingga pasti akan merasakan stres luar biasa. Alunada pun bakal demikian. Kini gundah melingkupi hatinya.

Alunada yang beberapa saat lalu menolak tegas kini hanya terdiam sambil menggigit bibir. Tidak ia sadar tingkahnya itu diperhatikan Kalingga.

Sekian menit Alunada terdiam dengan pikiran berkecamuk sebelum kembali menatap pria itu lamat.

"Lingga," Alunada memanggilnya ragu-ragu, ditatapnya pria itu yang masih menundukkan kepalanya dalam. Alunada jadi kasihan melihatnya.

Membuang napasnya panjang, Alunada memegang kedua bahu Kalingga menyebabkan tatapan keduanya kini bertemu.

"Gue, gue mau."

Netra Kalingga melebar, matanya mengerjap beberapa kali. "Lo, bisa ulang?"

"Gue mau, jadi pengantin pengganti Reana." pungkasnya meski masih terselip keraguan dalam kalimatnya. Tepat menyelesaikan ucapannya, Alunada terkesiap lantaran tanpa aba-aba Kalingga memeluknya.

"Thank's, Melody."

"Tapi..." Alunada sepertinya masih ingin berbicara, hal yang membuat Kalingga melepas pelukannya.

"Tapi dengan syarat 6 bulan. Karena sekali lagi, gue hanya niat membantu. Masih ada cita-cita yang ingin gue gapai, dan gue masih ada tanggungjawab yang gue tinggalin di desa. Gue gak mungkin main pergi gitu aja." ungkapnya menatap Kalingga serius. Sesaat pria itu terdiam, cukup lama dia membungkam mulutnya sampai seutas senyum tercipta di bibirnya.

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang