❄26

19.2K 2.2K 559
                                    

Alunada mengerjapkan matanya saat intensitas cahaya matahari berhasil menerobos melalui celah gorden. Lama ia berada di posisi sama sebelum bangun sambil meregangkan badan.

Matanya menelisik kamar tempatnya menginap, lalu kejadian kemarin terputar di otaknya.

Alunada menghela napas, bangkit dari atas tempat tidur, kakinya berjalan menuju jendela. Membukanya perlahan dan membiarkan hawa sejuk menampar wajahnya. Pepohonan hutan pinus sangat indah di pandang di pagi hari dengan embun yang melengkapinya.

Menopangkan dagunya di bibir jendela, Alunada kembali memikirkan alur kehidupannya.

"Kenapa berdiri di sana?"

Suara berat yang berasal dari belakangnya berhasil menarik Alunada dari dunianya. Kepalanya menoleh dan sudah mendapati eksistensi Kalingga yang masih mengenakan piyama.

"Suka aja sama pemandangannya." jawabnya seraya memperhatikan Langkah Kalingga yang menuju ke arahnya. Dan baru Alunada sadari, tangan Kalingga tidak kosong. Ada nampan berisi segelas susu dan sandwich yang dibawanya.

"Sini, sarapan dulu." katanya duduk pada sofa coklat lalu meletakkan bawaannya di atas meja.

Alunada berdehem canggung, status mereka sudah berubah. Fakta Kalingga bangun lebih pagi dan membawakannya sarapan mampu menyentil statusnya sebagai istri.

"Harusnya lo bangunin gue."

"Mana bisa gitu, kamu pasti capek. Aku cuman buatin ini." ungkapnya menyerahkan sandwich isi daging yang terlihat menggiurkan di mata Alunada. Namun sedetik kemudian tersadar bahwa Kalingga merubah cara bicaranya.

"Makasih." gumamnya menggigit sandwich di tangannya. Dan rasanya sangat enak, sesuai selaranya.

Keduanya diliputi keheningan panjang, Alunada yang fokus pada kegiatannya, pun Kalingga yang fokus mengamati gerak bibir Alunada di setiap mengunyah.

Menandaskan susu putihnya, Alunada beralih menatap Kalingga yang sedari tadi mengamatinya. "Kabar keluargaku gimana?"

Pertanyaan Alunada berhasil membuat fokua Kalingga pecah, mungkin tidak menyangka Alunada mengubah cara bicaranya. Ditatapnya manik hitam itu yang sedang menatapnya balik. Kalingga menggeleng pelan.

"Aku belum dapat kabar. Mereka juga gak ada di rumah."

Bahu Alunada terkulai lemas, sebenarnya di mana Gantari dan yang lainnya?

"Kapan kita pulang?" tanyanya mengenai posisi mereka yang berada di villa.

Kalingga nampak membuat raut berpikir, ada jeda hingga di menit ke-3 baru bersuara.

"Sebelum bahas itu, aku mau bahas soal pernikahan kita."

Alunada mengerjap, kepalanya mengangguk beberapa kali. Benar, dibanding hal lain, pernikahan mendadak mereka juga harus dibahas.

"Sesuai katamu, pernikahan ini akan berjalan selama 6 bulan," Kalingga bangkit yang mana setiap gerakannya tak luput dari pengamatan Alunada.

"Seperti kamu yang ajuin syarat, maka juga akan mengajukan syarat. Istilahnya simbiosis mutualiasme." ujar Kalingga kembali menghampiri Alunada, bedanya kali ini ada sebuah map di tangannya.

Tanpa kata Kalingga menyodorkan map itu di hadapannya. Alinada menerimanya kemudian membukanya. Isinya adalah surat perjanjian pra-nikah. Membacanya dengan teliti, Alunada sedikit dibuat tercengang lantaran ada beberapa poin yang menurutnya tidak masuk akal.

"Ada yang mau ditanyakan?"

Alunada menaruh map biru itu di atas pahanya sedangkan kepalanya menunduk membacanya dengan teliti.

TRAP!Onde as histórias ganham vida. Descobre agora