❄20

19.5K 2.5K 496
                                    

Usai pembicaraan mereka malam itu yang berakhir Alunada meninggalkan Kalingga di rooftop, kini gadis itu yang berusaha mati-matian menjauhi Kalingga meski sebenarnya percuma.

Seperti halnya hari ini, Alunada sedang mengikat tali sepatunya dan entah ada angin apa Kalingga lewat dan sebelah sepatunya ditendang yang belum sempat Alunada pakai.

Entah sengaja atau tidak, Alunada tetap merasa kesal. Tetapi perasaan itu ditahannya, Alunada tidak ingin membuat interaksi sama sekali setelah semalam Kalingga mencekiknya tanpa perasaan. Selain itu juga, Alunada takut berdekatan dengannya.

Aura Kalingga sudah tidak sama seperti dulu. Dan tentunya hanya ditunjukan pada Alunada seorang.

Berusaha mengabaikan Kalingga, Alunada bangkit kemudian mengambil sepatunya yang berjarak sekitat 5 meter dari tempatnya tadi. Kembali ke kasurnya dan duduk, Alunada memakainya secara terburu-buru. Hari ini adalah hari terakhir dirinya berada di Jingga. Pun kakaknya yang sudah dalam perjalanan untuk menjemputnya.

Beruntung koper Alunada sudah ia titipkan pada pos satpam sekolah sejak semalam. Tujuannya agar Alunada tidak keteteran jika saat-saat seperti ini.

"Gey,"

Alunada yang baru saja akan bangkit, spontan menoleh begitu Kalingga memanggil namanya. Keningnya menyerngit saat pria itu untuk mendekat. Mulanya Alunada tidak ingin, namun melihat sorot tegas Kalingga, kakinya perlahan melangkah maju.

Barangkali Kalingga mau mengajaknya berdamai.

Sayangnya pikiran positifnya itu harus terhempas saat Kalingga kembali berujar.

"Apa nggak sesak tiap hari nekan dada lo? Katanya itu tidak baik bagi kesehatan." katanya sembari tak lupa satu sudut bibirnya terangkat.

Terang saja Alunada refleks menunduk menatap dadanya, menyadari bahasa Kalingga, segera kedua tangannya menyilang.

"Kepo lu." sahutnya ketus kemudian berbalik meninggalkan Kalingga. Meski pertanyaannya beberapa saat lalu terbukti benar, namun Alunada tidak ingin mengakui itu.

Oke, sepertinya tidak ada lagi kata damai diantara keduanya. Kalingga sudah secara terang-terangan menunjukkan sisi lain di hadapan Alunada tanpa sungkan.

Suasana sekolah nampak sepi, hal ini wajar sebab mengingat hari minggu dan sebagian besar penghuni pasti tengah menikmati waktu weekend bersama keluarga.

Pun Odison juga Hazera yang sama-sama memiliki urusan keluarga.

Dengan kedua tangan masuk ke dalam saku hodie-nya, Alunada berjalan menuju gerbang yang mana kakaknya sudah menunggu di sana. Dan tepat dugaannya, beberapa meter dari luar gerbang ada mobil hitam yang di sinyalir milik Reana.

"Ala!" seru Reana keluar dari mobil sekaligus membuat Alunada melihat wajah sang kakak.

Kedua saudara itu saling berpelukan, meski canggung namun sebisa mungkin Alunada tidak menunjukannya.

"Rindu banget, kamu tambah gede." akunya merelaikan pelukannya lalu menatap Alunada dari atas ke bawah.

"Hehehe," Alunada hanya menyengir, lagipula dia tidak tau harus merespon apa.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Alunada berbalik melihat bangunan yang sudah menampung pendidikannya selama beberapa bulan. Namun eksistensi Kalingga yang sepertinya berjalan ke arahnya mengalihkan fokus Alunada.

Semula dia berpikir Kalingga ingin beramah tamah meski bagi Alunada itu mustahil. Tetapi saat tubuh jangkung itu melewatinya begitu saja, Alunada hanya terbengong. Kian bertambah saat Kalingga menarik Reana dalam pelukannya.

TRAP!Where stories live. Discover now