❄13

18.2K 2.1K 131
                                    

Sesuai perkataan Kalingga, maka di sinilah keduanya berada. Masuk ke dalam club melalui penyamaran, baik Kalingga maupun Alunada kompak berpencar mencari sosok Kazael.

Alunada sedikit pusing mendengar dentuman musik, namun membantu Kalingga sang tokoh favoritnya tidak mungkin ia sia-siakan. Setidaknya, sebelum pindah, Alunada ingin meninggalkan kesan baik di mata Kalingga.

"Kiu~ kiu~ om liatin aku dong..."

Alunada melirik ngeri, ini adalah godaan kesekian yang ia dapatkan.

"Perutnya gemoy banget."

"Om, tarif sekali pakai gak mahal kok. Cuman 50 juta."

Cuman?!

Dikira uang 50 juta gampang nyarinya. Dirinya saja masih menggantungkan hidup pada orang tua.

"Om, godain aku dong." seorang wanita berdiri membelakanginya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya menggoda.

Alunada jadi gemes ingin menendangnya. Sesama wanita dia merasa miris melihat pemandangan seperti ini.

"Sori, Dek. Om cari batangan." balas Alunada menggeser tubuh perempuan tadi.

"Hihhh, udah tua bukannya tobat malah maksiat." seru salah satu wanita penghibur di sana yang mana berhasil menghentikan langkah Alunada.

Mengorek telinganya pake kelingking, Alunada berbalik seraya berkacak pinggang. Agaknya mereka tidak memiliki cermin.

"Hei, Nak. Dibanding diriku, coba liat kalian. Masih muda udah obral lubang." balasnya seraya melepaskan sepatu pantofel kebesarannya.

Alunada tidak tahan lagi, baru juga ingin melemparkan sepatunya pada sekumpulan wanita-wanita tersebut, Alunada melihat sosok Kazael berjalan sambil merangkul wanita muda.

Segera Alunada meraih ponselnya guna memberi informasi pada Kalingga. Setelah memberikan info, Alunada memakai kembali sepatunya dan membuntuti Kazael yang menghilang dibalik lorong yang Alunada duga adalah ruang VIP.

"Anak jaman sekarang, bukannya fokus sekolah malah fokus mengejar dunia. Hadeuh, tuh si cewek kagak tau apa patnernya agak miring." sepanjang membuntuti Kazael, Alunada berceloteh. Mungkin karena itulah dia kehilangan jejak Kazael.

Tentu saja Alunada gelagapan, di ruangan mana Kazael masuk?

"Apa Anda tuan Zaro?" salah seorang pria dengan pakaian hitam menghampirinya. Alunada mengerjap, Zaro?

"Aah~ menilik dari ciri-cirinya Anda memang tuan Zaro. Mari ikut saya."

"E-Eh, Anda salah orang. Saya Bukan Zaro." pekik Alunada memberontak tetapi tubuhnya tetap ditarik menuju salah satu ruangan, teriakannya tidak dihiraukan.

Alunada didorong dengan kasar, ia ingin memprotes namun urung melihat meja bundar diisi beberapa orang berjas yang menunjukkan kekuasaan mereka.

"Ini, Tuan."

Alunada mendelik saat bahunya didorong sangat tidak santai. Kembali melabuhkan pandangan pada sekumpulan orang, menebak kira-kira siapa mereka ini.

"Saya bukan Zaro. Kalian salah orang." paparnya membuka kumisnya membuktikan bahwa perkataannya barusan bukanlah bualan semata. Alunada harus keluar dari sini, sebab firasatnya mengatakan akan sangat bahaya bila bertahan di sana.

Semua yang berada di sana terhenyak, bukan pria tua melainkan wajah manis yang menyambut. Kompak mereka saling melempa pandang.

"Dia bukan si penipu itu. Tapi seorang gadis." ujar salah satunya seraya menatap Alunada dari atas ke bawah. Mengabaikan bahwa tingkahnya barusan berhasil membuat Alunada bergidik.

TRAP!Where stories live. Discover now