❄33

14.2K 1.7K 253
                                    

Suasana kamar begitu sunyi sebab penghuninya kompak menutup rapat mulut dengan pikiran yang berbeda-beda.

Tangan Alunada sangat telaten mengobati luka Kalingga pun Kalingga yang masih memilih diam tetapi pikirannya tidak. Dia masih tidak menyangka akan ada datang  hari di mana dirinya dibuang secara nyata oleh Andari.

"Sudah."

Suara Alunada memecah keheningan yang tercipta, Kalingga mengerjap kemudian bangun setelah 15 menit berada di posisi tengkurap.

"Makasih, Melody." tuturnya sembari tak lupa memberikan segaris senyum yang sudah biasa Alunada lihat. Wanita itu hanya mengangguk singkat, baru saja mau membereskan peralatan obat-obatan, tangan Kalingga menghentikannya.

"Biar aku aja." katanya dengan cekatan mengambil alih pekerjaan sang istri. Alunada membiarkannya, dia lebih memilih menyenderkan tubuhnya pada headboard sembari itu mengamati Kalingga rumit.

Ada banyak pertanyaan yang bercokol dalam hatinya, namun Alunada tidak bisa menyuarakan pertanyaannya saat sadar bahwa hubungan mereka sudah tidak sama seperti dulu. Dia merasa tidak usah lagibmencampuri urusan Kalingga.

"Udah makan?"

Pertanyaan Kalingga berhasil menarik Alunada dari pikirannya. Netranya saling bersibobrok dengan Kalingga, tak lama kepalanya menggeleng.

"Kenapa? Kamu ingin makan sesuatu?" tanyanya lagi, meski tertatih Kalingga tetap berusaha berjalan ke arah ranjang lalu duduk di sisi kasur tepat di samping istrinya.

Sejenak Alunada menatap penampilannya, meski masih kacau tapi sudah tidak separah tadi.

"Seblak." hanya itu yang ada di pikiran Alunada sekarang ini. Wanita itu membuang pandangannya ke samping begitu Kalingga mengusap ubun-ubun kepalanya lembut.

"Aku buatin tapi gak pakai cabai."

Alunada yang sempat berbinar mendengarnya kembali meredupkan pandangannya usai Kalingga berujar demikian. Memang seblak apa yang tidak menggunakan cabai, itu sama saja bohong.

"Gak perlu, aku bisa tahan." tolaknya. Di samping memang ucapan Kalingga yang meluruhkan semangatnya, juga kondisi pria itu yang tidak memungkinkan untuk memasak. Alunada cukup yakin Kalingga masih mampu memenuhi keinginannya namun tetap saja Alunada tidak ingin egois.

"Aku buatin, tapi cabenya cuman 3 biji." putusnya bangkit tapi lengannya ditahan. Kalingga menoleh ke arah Alunada dengan alis nyaris menyatu.

"Kamuu,," Alunada ingin mengatakan bahwa Kalingga istirahat saja, tapi rasa gengsi menahannya. Alunada cukup iba melihat Kalingga yang sekarang, pasti pria itu sudah melewati hari yang berat beberapa waktu lalu.

"Sttt~ demi anak kita dalam kondisi apapun aku harus siaga."

Alunada bergeming usai Kalingga berkata demikian, pun setelah lelaki itu beranjak meninggalkannya.

Inilah yang Alunada katakan pada pelayan tua tadi jika Kalingga menipunya. Sedari awal lelaki itu memang tidak pernah berniat melepaskannya, perjanjian pernikahan yang sempat mereka sepakati sedari awal nyatanya Kalingga menganggap semua itu tidaklah penting.

Dengan liciknya, pil pencegah kehamilan yang biasa Alunada minum bukanlah pil pencegah kehamilan melainkan vitamin biasa saja. Kehamilannya pun baru Alunada ketahui setelah hyena itu menyerangnya. Beruntung tidak terjadi sesuatu yang serius pada janinnya meski awal mengetahuinya, Alunada sempat tidak menerimanya. Dan dari sana juga, Kalingga mengaku bahwa dia yang sudah menukar pil pencegah kehamilan milik Alunada.

Terlalu sibuk melamun, Alunada sampai tidak menyadari kedatangan Kalingga yang berjalan tertatih menuju ke arahnya. Di tangannya sudah ada semangkuk seblak hasil buatannya. Aroma dari makanan pedas tersebut cukup menggelitik hidungnya, masakan Kalingga sejauh ini tidak pernah mengecewakan lidah Alunada. Maka sudah bisa dipastikan bahwa seblak buatan sang suami pun tidak jauh berbeda.

TRAP!Where stories live. Discover now