Chapter 42. Happy Single Mother

9.2K 681 96
                                    

Saat ini di dalam lift sebuah rumah, seorang laki-laki dan perempuan berdiri bersampingan, dan menunggu lift itu naik ke lantai paling atas.

Karina sudah berhasil menenangkan dirinya, dari segala emosi yang tadi sempat ia rasakan. Ia berdiri menjaga jarak dari laki-laki yang membawanya kesini, atau lebih tepatnya, ia paksa membawanya kesini.

Namun menyebalkan, Julian terus berusaha berdekatan dengannya. Ia menyentuh pinggang karina, seperti hendak membawa Karina ke pelukannya. Namun Karina langsung menghempaskan tangannya dengan kesal.

Sepanjang perjalanan kesini, Karina sudah memastikan bahwa Julian tidak menghubungi Gede atau siapapun, dan mengatakan bahwa mereka berdua sedang menuju ke penthouse.

Karina ingin bertemu dengan Syerin secara mendadak, agar Julian tidak memiliki kesempatan mengatakan apapun terlebih dahulu pada gadis itu.

Kini keduanya sudah sampai di depan sebuah pintu, pintu yang cukup membuat Karina merasa trauma, mengingat betapa sulitnya ia berusaha masuk ke kamar ini, dan berujung hancur karena melihat perempuan yang tidur di dalamnya.

Julian membuka pintu yang tak dikunci tersebut, membuat Karina mengernyit menatapnya.

"Pintu ini cuma dikunci, waktu aku lagi dateng kesini?" tanya Karina.

Julian seketika menelan ludahnya. Ia mengangguk.

"Ck." Karina berdecak kesal. "Bangs*t lo," ucapnya mengumpat.

Setelah itu Karina berjalan masuk dengan kesal. Pandangannya langsung tertuju ke arah seorang gadis yang tiduran di atas kasur.

Pemandangan ini begitu persis dengan pemandangan yang malam itu Karina lihat, ketika pertama kali berhasil memasuki kamar.

Namun yang membedakan adalah, kali ini Syerin langsung terbangun karena belum lelap dalam tidurnya. Gadis berambut pirang itu terbangun dengan wajah tersentak, kemudian duduk di tepi kasurnya.

Karina dan Julian yang berdiri bersampingan, sama-sama menatap ke arah sana. Ruangan kamar ini reman-remang, karena hanya diterangi oleh cahaya dari lampu tidur.

Julian hendak mengatakan sesuatu pada Syerin, namun terhenti. Ia menelan ludah dan menengok pada Karina di sampingnya.

Karina yang menyadari itu hanya menatapnya dengan tajam, seolah menunjukkan amarahnya akan situasi saat ini.

Suasana hening lagi-lagi menyelimuti. Julian bingung harus bagaimana, sebab ia takut satu saja kata yang salah keluar dari mulutnya, hanya akan memperkeruh keadaan.

"Ada darah.."

Tiba-tiba suara itu terdengar, membuat Julian dan Karina sama-sama menengok.

Syerin berjalan mendekat. Gadis yang mengenakan gaun tidur panjang itu berjalan dan berdiri di hadapan Julian.

"Ada darah.."

Syerin berucap dengan suara yang pelan, sambil menunjuk ke arah pelipis Julian, yang kemerahan karena sisa darah yang mulai mengering.

"Ah, ini? gakpapa."

Julian menyentuh pelipisnya sendiri, dan sedikit tersentak karena ternyata ia benar-benar berdarah. Julian terlalu fokus pada Karina, sehingga ia tidak menyadari hal tersebut.

Kenapa ia bisa berdarah? batinnya bingung.

Tiba-tiba Julian melihat Syerin yang berjalan ke arah nakas. Gadis itu mengambil tisu dari kotaknya, kemudian berjalan lagi ke depan Julian.

Syerin berjinjit, kemudian mengusap darah yang menempel di pelipis Julian.

Julian yang menerima perlakuan itu, membelalak tak percaya. Ia refleks melihat ke arah Karina di sampingnya, yang tersenyum kecil menatapnya.

myloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang