Chapter 41. Let Me See Her

8.4K 701 28
                                    

content warning ⚠️ kekerasan

***

Chapter 41. Let Me See Her

Saat ini di dalam sebuah kamar, seorang ibu muda sedang duduk di tepi kasur, sambil memperhatikan puteri kecilnya yang tertidur lelap.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kegiatan sehari-harinya mengurus bayi tidak terasa melelahkan hari ini, sebab ia mendapatkan bantuan dari tiga orang, yaitu sang ibu, Isvara, adiknya, Kayla, dan sahabatnya, Mery yang saat ini sudah pulang.

Karina juga merasa Kiara lebih bersemangat ketika berada di dekat mereka, dan itu wajar sebab Kiara cukup jarang menghabiskan waktu di dalam rumah yang ramai.

Saat ini, Karina masih tenggelam dalam renungannya, sambil sesekali kedua matanya tertuju ke arah jam dinding di dalam kamar yang lampu utamanya sudah ia matikan.

Karina memutuskan untuk tidak datang menemui laki-laki yang mengatakan akan menunggunya. Bukan hanya karena ia belum siap, namun ia kesal karena Julian tetap saja egois dan semena-mena, disaat dirinyalah yang sudah menciptakan kekacauan dalam hubungan mereka.

Julian juga menuliskan bahwa ia tidak akan pergi dari tempat itu sebelum Karina datang, bukankah itu kalimat yang sangat disengaja untuk berusaha membuat Karina merasa bersalah jika tidak datang?

"Ck, cowok setan," ucap Karina kesal, semakin tidak ingin datang kesana.

Lagipula, jika ia sampai bertemu lagi dengan Julian, ia tidak bisa berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan mengamuk dan menghajar pria itu habis-habisan.

Karina kini menatap lagi ke arah puterinya. Ia mengusap kepala Kiara, yang saat ini tidur di keranjang bayi pemberian neneknya.

Keranjang ini warnanya cerah dan menggemaskan,  kasurnya pun nyaman, namun jika dibandingkan dengan pemberian Julian yang sangat besar, Kiara memang jadi terlihat kesempitan.

Namun itu tidak penting. Karina juga tidak mau lagi menggunakan barang-barang pemberian Julian. Ia bahkan mengembalikan semua uang yang Julian kirim ke rekening sebagai uang belanja bulanannya.

Setelah dipikir-pikir, mereka hanya berpacaran, untuk apa Julian memberinya uang seperti seorang suami yang menafkahi keluarganya?

Julian juga pasti menafkahi gadis berambut pirang yang ia sembunyikan di rumahnya. Tak ada yang istimewa dari uang yang ia berikan pada Karina.

Cklek.

Tiba-tiba Karina melihat seseorang memasuki kamarnya. Itu adalah ibunya yang masuk dengan pelan, kemudian berjalan mendekatinya.

"Udah pules dia?"

Isvara bertanya dengan suara yang pelan, agar tidak membangunkan Kiara. Ia duduk di tepi kasur, di samping Karina.

"Udah ma," jawab Karina.

"Keranjangnya udah kesempitan ya, atau Kiaranya yang cepet besar?" ucap Isvara.

Karina tersenyum mendengarnya. "Gakpapa ma, gak kesempitan," jawabnya.

Isvara mengngguk dan memperhatikan cucunya. Ia tak menyangka bayi ini tak lama lagi akan berusia satu tahun, rasanya baru kemarin Karina memperkenalkan Kiara padanya ketika usianya masih tujuh bulan.

Suasana hening kini menyelimuti Karina dan Isvara di dalam kamar. Isvara memperhatikan puterinya, yang sudah kembali dalam renungannya.

"Kamu.. belum jalan?"

Pertanyaan Isvara berhasil membuat Karina menengok. Ia menatap ke arah ibunya, yang juga menatap ke arahnya.

"J-jalan kemana?" tanya Karina.

myloverKde žijí příběhy. Začni objevovat