Chapter 40. I Thought He is The One

11.2K 795 47
                                    

Di dalam sebuah mobil yang sedari tadi menunggu di parkiran, seorang perempuan duduk terdiam di kursi kemudi, dan tak kunjung mematikan mesin mobilnya.

Mery berada disini, dalam situasi yang begitu mirip dengan situasi dulu, ketika ia mengantar Karina menemui kekasihnya, dan diminta menunggu sebab Karina yakin ia tidak akan menghabiskan waktu lama.

Kali ini Mery berharap, situasinya berbeda dari yang dulu. Ia berharap Karina tidak masuk ke dalam mobilnya, dengan status baru yang ia miliki karena kegagalan dalam menjalin hubungan dengan pasangannya.

Namun sayangnya, apa yang tidak ingin Mery saksikan, harus kembali ia saksikan setelah melihat Karina yang berjalan mendekat ke arahnya.

Karina masuk ke dalam dan duduk di sampingnya, dengan wajah yang terlihat basah dan kedua mata yang merah. Hal tersebut membuat Mery menelan ludahnya. Ia melajukan mobilnya tanpa mempertanyakan apapun.

Kini, situasi yang sama sudah benar-benar terjadi. Mery mendengar suara tangisan, yang ia ketahui berasal dari rasa sakit yang tak bisa ditahan lagi.

Mery berusaha menahan diri, serta rasa sedih yang juga menyelimutinya. Ia tidak menyangka Karina akan kembali merasakan apa yang dulu dirasakan olehnya.

Dua hubungan yang sama-sama berakhir dengan menyakitkan, belum lagi satu yang sudah sampai ke jenjang pernikahan.

Dari sekian banyak laki-laki diluar sana, Mery tak menyangka Julian akan jadi salah satu dari mereka yang berujung menyakiti Karina juga.

***

Setelah sampai di garasi rumah, Mery dan Karina akhirnya turun. Keduanya sama-sama mendengar suara tangisan seorang bayi dari dalam.

Karina segera berjalan dengan buru-buru, dan Merypun mengikuti dari belakang. Karina menuju ke kamar ibunya, dimana ia mendengar suara bayinya yang menangis. Ia masuk dan melihat Kiara yang sedang digendong oleh Isvara.

Isvara terlihat berusaha menenangkan bayi itu, namun Kiara tetap menangis dengan kencang.

"Kiara."

Karina berucap, membuat Isvara dan Kiara sama-sama menengok.

"Tuh siapa tuh? mamanya udah dateng," ucap Isvara.

Kiara menangis semakin kencang, namun kali ini sambil mengangkat kedua tangannya, meminta Karina menggendongnya.

Karinapun langsung menerima Kiara dari sang ibu. Ia menenangkan bayi itu yang masih menangis di pelukannya.

"Kenapa sayang?" ucap Karina, sambil menepuk-nepuk punggung Kiara.

Isvara hendak berucap dan menjelaskan kenapa cucunya menangis, namun ia langsung terdiam setelah melihat wajah puterinya.

Kedua mata Karina begitu merah dan sembab, membuat Isvara sadar bahwa pertemuan Karina dengan Julian barusan, tidak berakhir baik.

"Kiara udah ngantuk ya? mau bobo?"

Karina berucap pada puterinya yang masih menangis, namun sudah tidak sekencang tadi karena sudah berada di gendongannya.

"Aku naik ya ma," ucap Karina.

"Iya, nanti mama nyusul," jawab Isvara.

Kini Karina keluar dari kamar, dan langsung menuju ke arah tangga. Ia masuk ke dalam kamarnya dulu, yang sudah kembali dirapihkan oleh sang ibu semenjak dirinya pulang ke Bali.

Karina naik ke atas kasur dan membaringkan puterinya disana. Ia meminta Kiara yang menangis untuk menunggunya sebentar, sembari dirinya mengganti pakaian.

"Kiara kenapa nangis? Kiara sedih ya ditinggal mama?"

Karina terus berucap agar bayinya yang menangis bisa mendengar suaranya. Ia buru-buru melepas gaun ketat di tubuhnya, dan menggantinya dengan piyama yang begitu nyaman.

myloverUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum