Chapter 37. Gadis Simpanan

8K 570 24
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Saat ini di balik pintu apartemen yang sepi, sepasang kekasih sedang berciuman. Keduanya sama-sama memejamkan mata, dan sama-sama berusaha mengimbangi penyatuan mulut itu.

Karina yang melingkarkan kedua tangannya di leher Julian, dan Julian yang memegang pinggangnya, dan sesekali meremas pantat Karina.

Suara kecapan dan lumatan terdengar menyelimuti, hingga akhirnya keduanya merasa sudah cukup, dan melepaskan ciuman itu.

Karina mengatur nafasnya, dan melihat wajah Julian yang kini tersenyum padanya.

"Aku berangkat dulu," ucap Julian.

Karina mengangguk. Kini ia merasakan kecupan lembut di keningnya, kemudian di telinganya.

"I love you," bisik Julian di telinga Karina.

"I love you Julian, semangat kerjanya," jawab Karina tersenyum.

Julian mengangguk kemudian melepaskan tangannya, dan berjalan membuka pintu. Ia tersenyum kemudian keluar dari sana.

Karina yang melihat itu juga tersenyum, namun senyumannya langsung pudar tepat setelah Julian tak lagi terlihat di pandangannya.

Jantung Karina kembali berdebar kencang. Laki-laki itu datang lima belas menit yang lalu, dan mengatakan bahwa hari ini akan ada rapat penting yang harus ia lakukan.

Namun Julian merasa gusar menghadapi harinya, hingga ia memilih datang kesini terlebih dahulu, hanya untuk berciuman dengan Karina, sebelum akhirnya benar-benar berangkat ke kantornya.

Bukankah laki-laki itu gila? batin Karina, berusaha untuk tidak tersipu malu.

Karina menelan ludahnya. Semenjak mereka berpacaran, Julian adalah laki-laki yang sudah membiayai hidup Karina dan puterinya.

Padahal Karina sudah mengatakan bahwa dirinya memiliki uang tabungan yang masih cukup banyak, namun Julian mengatakan lagi bahwa uang tabungan itu harus terus jadi uang tabungan dan tidak boleh digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Julian terus mengirim uang setiap bulan untuk biaya hidupnya dan Kiara. Hal tersebut sering membuat Karina merasa tidak enak, seperti dirinya dan Kiara adalah beban bagi Julian. Jumlah uang yang dikirim Julian juga sangat berlebihan, tidak pernah habis Karina gunakan dalam satu bulan.

Namun Julian terus mengatakan bahwa ia dan Kiara bukanlah beban, dan Julian sama sekali tidak terbebani membiayai hidup mereka.

Karina kini sudah berhasil menghilangkan perasaan bersalah karena membebankan Julian, namun sayangnya, rasa gusar lagi-lagi menyelimutinya.

Sudah satu minggu berlalu, semenjak Karina menemukan dua helai rambut pirang di ruang cuci penthouse Julian. Karina belum mengatakan hal tersebut pada siapapun, termasuk pada Julian.

Sempat terpikirkan olehnya untuk meminta penjelasan Julian tentang rambut itu, namun entah kenapa Karina merasa ragu.

Dan benar saja, tak lama setelah Karina menemukan rambut itu, ia menemukan satu lagi benda yang membuatnya bertanya-tanya, benda yang membuatnya semakin curiga.

Kini Karina berjalan ke arah meja makan apartemen sahabatnya, dan melihat dua orang perempuan disana.

"Udah balik Julian?" tanya Vanessa, sedang sarapan bersama Mery yang menginap sejak semalam.

"U-udah," jawab Karina.

Vanessa mengernyit, menyadari Karina yang terlihat gugup.

"Ada apa, Karina?" tany Mery, yang juga menyadari hal tersebut.

myloverWhere stories live. Discover now