23. Dengan-Nya, Aku Tenang

48 3 0
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata, tidak ada unsur kesengajaan."

©Story of 'Waktu dan Takdir' by @IraKarrella

.
.
.
.
.

.

Sampai akhirnya kamu perlahan sadar, bahwa melepas itu berat jika tidak diiringi dengan ikhlas.

***

Ririn mendesah kasar dengan raut kekhawatir yang dominan di wajah. Sudah sejak pagi tadi ia berusaha menghubungi Hanifa, tetapi tidak ada tanda-tanda akan keberadaan sahabatnya itu di Bumi ini.

Ia bahkan baru kembali dari rumah keluarga Fajar. Namun, satpam rumah mewah itu mengatakan Hanifa sedang tidak ada, bahkan sedari subuh. Tentu saja Ririn merasa itu janggal. Apalagi, saat dia tidak sengaja bertemu Hamzah kemarin malam, menemukan wajah lelaki itu yang berbeda dari biasanya.

Ririn mulai menduga-duga jika itu mungkin ada kaitannya dengan Hanifa.

"Ini hampir ashar, Fa. Aku ngerasa nggak enak," ucap Ririn dengan lirih. Sesaat setelahnya, dia bangkit dari duduk dan langsung berjalan ke luar dari kafe. Bermaksud untuk kembali ke kediaman Fajar, memastikan ulang apa Hanifa telah ada atau belum.

Perempuan dengan pashmina soft pink itu selalu menghadirkan kekhawatiran berlebih pada Hanifa akhir-akhir ini, apalagi setelah mendengar penuturan Hamzah yang hampir membuatnya tidak percaya.

Ia tahu, mustahil jika laki-laki dan perempuan mampu untuk benar-benar berteman tanpa salah satu dari mereka melibatkan perasaan. Namun, ia mengira selama ini Hamzah berbeda, dari cara bicara lelaki pada Hanifa memang sedikit menimbulkan curiga, tetapi Ririn selalu punya alasan bahwa; keduanya telah lama mengenal, memungkinkan Hamzah menganggap Hanifa sebagai adik kandungnya sendiri.

Bruk!

"Astaghfirullah!" seru Ririn saat tidak sengaja bertabrakan dengan seorang perempuan yang sedang terburu-buru. Tubuh keduanya saling beradu, menyebabkan buku-buku yang dibawa oleh perempuan itu terjatuh berserakan di tanah.

"Maaf, maaf banget. Sini biar aku bantu bantu beresin buku-bukunya." Ririn segera menawarkan bantuan. Namun, sebelum Ririn sempat menyelesaikan kalimatnya, perempuan itu dengan cepat mengumpulkan buku-buku itu sendiri dan melangkah pergi, tanpa sepatah kata pun.

Ririn merasa sedikit terkejut dengan reaksi perempuan tersebut. Tatapan kosong dan langkah cepat yang meninggalkan. Sebenarnya ada apa dengan perempuan itu?

Waktu, dan TakdirWhere stories live. Discover now