11. Tak Kunjung Membaik

68 14 24
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata, tidak ada unsur kesengajaan."

©Story of 'Waktu dan Takdir' by @IraKarrella

.
.
.
.
.

.

🍀🍀🍀

****

"Sejuk, Maasyaa Allah," bisik Hanifa pelan, menghirup banyak oksigen dari alam yang saat ini begitu sempurna karena telah menanamkan bahwa yang menciptakannya pun Sang Maha Sempurna dan luar biasa.

Lebih dari segala-galanya.

Sejenak, dia menoleh ke arah kanan, berharap Zaina segera datang dari membeli minuman. Tidak berdua saja dengan Zahdan. Ya, lelaki itu ada di sini, tepatnya, berada di samping kirinya.

Beberapa jam yang lalu, Zaina mengajaknya untuk pergi berjalan-jalan di sekitaran danau yang sudah sering mereka jadikan tempat menepi dari penatnya aktivitas keseharian.

Namun, tidak menyangka sama sekali jika Zahdan juga akan ikut bersama mereka. Terjadilah, penepian di tanggal 24 Januari, bersama seseorang yang diharap menjadi takdir untuk selamanya. Walau saat ini, ikatan keduanya masih terbilang abu-abu dan ... canggung.

"Hanifa, gimana? Lo baik-baik aja, kan? Suasananya bikin tenang, kan?"

Pertanyaan dari Zahdan menciptakan kerutan halus di dahi Hanifa. "I-Iya, Bang. Baik-baik aja."

Terlihat Zahdan mengangguk-anggukan kepala, puas dengan jawaban Hanifa yang memang ingin didengar.

"Tapi ..."

"Tapi, apa?" tanya Zahdan ragu. Hanifa tersenyum samar.

"Apa bakal selalu gini, ya?"

Zahdan tertawa pelan. "Ya, gak mungkinlah. Gak mungkin bahagia terus."

"Tapi aku maunya gitu, Bang." Hanifa menunduk, merasakan wajahnya memanas entah sebab apa.

"Gak salah kok. Tapi kagak bener banget juga." Zahdan tertawa pelan sesaat, lalu menghela napas setelahnya. "Gue sendiri malah siap terluka kapan aja, Fa."

Hanifa menatap Zahdan dengan tatapan bertanya-tanya, yang dibalas senyum manis oleh lelaki itu. "Karena luka mengajarkan kita dewasa, nggak stuck sama zona di mana bahagia buat kita nggak sama sekali bisa belajar apa-apa," lanjutnya.

"Nggak bisa belajar apa-apa?"

Zahdan kembali mengangguk. "Iya."

"Gimana ... cara belajarnya? Belajar dari luka?"

Waktu, dan TakdirOnde histórias criam vida. Descubra agora