"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata, tidak ada unsur kesengajaan."
©Story of 'Waktu dan Takdir' by @IraKarrella
.
.
.
.
..
"Sungguh ciptaan Allah dalam bentuk dirinya adalah sesuatu yang luar biasa."
***
"Ini bagus, kan, Za?"
Zaina menatap ke arah ponsel Saida. Pada sebuah barang yang akan dipesan sang bunda lewat aplikasi belanja. Zaina memperhatikan.
"Bagus, Bun. Tapi harganya gak bagus banget dih."
Saida memutar bola mata. "Ada harga ada kualitas, Za. Lagipula kalau di pasar ini bisa jauh lebih mahal, dua kali lipat malah."
"Tapi apa duitnya gak buat Zaina aja, Bun? Buat makan mie ayam Mang Alim ..." Zaina memasang wajah cemberut dan bergelayut di pergelangan Saida. Membuat sang Bunda mengernyitkan dahi, bingung.
"Memang selama nikah kamu gak pernah makan mie ayam?"
"Sering kok, Bun! Tiap hari malah. Tapi hari ini mau yang dari Bunda. Boleh, kan?" Zaina mengedip-ngedipkan mata, membuat Saida bergidik ngeri.
"Nggak!" Saida berkata sedikit tegas. Ia lalu menggeleng tak percaya. "Kamu tuh udah dewasa, Za. Sudah menikah pula. Masa gak bisa hemat, jaga kesehatan. Makan mie ayam tiap hari?"
"Lho kan Zaina gak bilang kalau Zaina boros, Bunda. Zaina bilang pengin ditraktir mie ayam untuk hari ini sama Bunda. " Nada biacara Zaina tak mau kalah. "Lagian, makannya juga cuma satu kali sehari, bukan tiga kali."
Mendengar itu, Saida terdiam dengan pikirannya. Sebenarnya ia juga tertarik untuk mencoba mie ayam setelah beberapa tahun terakhir tidak menikmati makanan itu.
Menghela napas, Saida kembali menatap sang anak. "Untuk hari ini aja, kan?"
Zaina menyengir kuda. "Ya kalau semisal Bunda mau ngasih tiap hari juga Zaina ikhlas kok."
"Kamu ini!" Saida langsung melayangkan pukulan kecil pada tangan kiri Zaina, membuat sang anak malah membalas dengan tawa sedikit keras.
"Lagia-"
"Za, sini bentar. Gue mau ngasih tau sesuatu." Suara Zahdan mengalihkan atensi Zaina pada Zahdan yang berada di anak tangga terakhir.
YOU ARE READING
Waktu, dan Takdir
SpiritualApa mungkin waktu dapat mengubah takdir? Pertanyaan itu seakan selalu membayangi kita... Kita yang menginginkan bahagia, kita yang masih ingin bersama, tetapi kita, saat ini tidak lagi berarti apa-apa. Jika semua ini sudah berkaitan dengan ingin-Nya...