6. Belum Mampu Tersampaikan

73 21 19
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata, tidak ada unsur kesengajaan."

©Story of 'Waktu dan Takdir' by @IraKarrella

.
.
.
.
.

.

"Bukan tertunda, Dia (Allah) hanya sedang menyiapkan waktu dan takdir yang lebih tepat saja."

***

"Allah, meski hamba belum sesempurna itu dalam hal taat kepada-Mu, tetapi selalu mudahkan urusan hamba, Ya Allah. Dalam nenjemput dia menuju halal."

Zahdan mengusap wajah, mengaminkan doanya yang tulus untuk masa depan. Setelahnya, dia bangkit dan melipat kembali sajadah, menaruhnya di pinggiran ranjang.

Menghela sesaat, matanya menyorot sekitar kemudian berhenti pada satu kotak kecil di atas nakas. Dia tersenyum lantas berjalan ke sana, mengambil kotak kecil tadi lalu mengantonginya.

Namun, baru saja hendak keluar kamar, ia urung lantaran mendengar dering ponsel yang notebene tergeletak di samping tempat kotak kecil tadi.

"Astaghfirullah, gue pelupa banget sih," gumamnya dan mengambil alih ponsel itu. Tertera nama Hanifa di sana.

Zahdan tersenyum. Detik selanjutnya lagi dia terkekeh, "Maaf gak bisa angkat dulu, ya. Tunggu gue ke sana," ucapnya seorang diri. Membiarkan kemudian ponselnya berdering hingga mati dengan sendirinya.

"Bang, cepat. Ini udah habis ashar loh, kata Ayah juga nanti kemaleman pulangnya."

Suara dari belakang membuat Zahdan berbalik. Ada Zaina yang juga sudah rapi di sana.

"Iya, tunggu aja di luar. Suami lo ikut?" tanya Zahdan balik. Zaina menggeleng.

"Nggak, dia masih banyak kerjaan dan ada rapat katanya. Jam delapan malam baru pulang."

"Jadi lo mau nginap di sini lagi? Ngebiarin Abyaz tidur sendiri?" Zahdan menatap Zaina dengan tatapan mengintimidasi.

"Eh siapa bilang? Emang sejak kapan Zaina biarin Kak Aby di rumah sendirian?"

"Kan kemarin lo nginap di sini," sela Zahdan lalu menghampiri Zaina, membuat adiknya itu mentengir.

"Cuma kemarin kok, Bang. Sejak Abang ke luar negeri, Zaina selalu pulang untuk temani suami Zaina tersayang," balas Zaina, yang justru membuat Zahdan bergidik ngeri. "Lagian nanti pas pulang Kak Aby ke sini kok buat jemput Zaina."

"Iya, iya. Gak usah diperjelas juga kali, kalau lo sayang suami. Merinding gue jadinya."

"Lho kenapa? Zaina memang saya-"

Waktu, dan TakdirWhere stories live. Discover now