STD. 42

307 12 2
                                    

"Pagi anak-anak," ucap seorang guru laki-laki berbadan pendek dan gempal.

"Pagi, Pak!" jawab serentak para siswa yang sedikit keheranan dengan kedatangan guru itu, yang tidak lain adalah Pak Mulyo.

"Pak," panggil Randa.

"Iya, Ran."

"Bukannya ini jam pelajaran Bu Agnes, ya?"

"Iya. Tapi untuk hari ini saya dan Bu Agnes bertukar jam pelajaran, karena Beliau ada urusan lain yang harus di urus. Jadi nanti di jam pelajaran saya, Beliau yang akan mengajar," papar Pak Mulyo.

"Tapi tenang saja, untuk kedepannya gak akan lagi kok. Hanya untuk hari ini saja," sambungnya yang kemudian duduk di kursi guru.

"Huft ... untung bukan Bu Agnes," hela Marta mengelus dada.

"Bener, jadi masih ada waktu kita nyontek yang lain," seru Keyla juga.

"Baiklah anak-anak, hari ini saya akan menjelaskan sedikit dari bab yang kalian rangkum kemarin. Jadi ..," ujar Pak Mulyo berdiri sembari memegang buku paket miliknya, dan menjelaskan secara terperinci isi materi tersebut.

"Tumben tuh guru ngejelasin?" bisik Jeno pada Stefan.

"Hooh, lagi kumat rajinnya tuh kayaknya," timpal Stefan.

"Rajin atau ketahuan makan gaji buta?" sahut Jeno yang membuat mereka berdua terkikik menahan tawa.

Setelah selesai menjelaskan, Pak Mulyo pun menutup bukunya lalu menatap semua siswanya.

"Ada yang mau ditanyakan, sebelum saya sudahi kelas ini?" tanya Pak Mulyo.

"Tidak, Pak!" jawab seluruh siswa.

"Hemm ... sepertinya siswa-siswi di sini pada pintar semua, ya? Kalau gitu, untuk di pelajaran saya berikutnya, saya ingin kalian membuat tugas kelompok tentang fenomena alam. Apa saja faktor yang mempengaruhinya, dan apa solusinya. Satu kelompok terdiri dari empat orang, dan isi dari tugas itu tidak boleh sama. Rangkum sebagus mungkin, kalau bisa bikin kayak video pendek gitu. Jadi kalian menjelaskannya juga pasti lebih enak dan nyaman," papar Pak Mulyo yang membuat para siswa terpelongo, menggaruk kepala mereka.

"Jir, gak ngotak sekali ngasi tugas," beo Randa.

"Kayak gak kenal tuh guru aja, lo." seru Jeno.

"Satu kelompok terdiri dari empat orang. Dan ini, kelompoknya mau cari sendiri atau saya tetapkan?" tanya Pak Mulyo.

"Cari sendiri aja, Pak!" sahut Stefan cepat.

"Ya sudah, kalau gitu saya akan kasih waktu lima menit untuk menentukan kelompoknya. Tulis di kertas siapa saja namanya dan judul tugas kalian, biar saya tahu kalau gak ada yang sama nanti."

Setelah mengatakan itu, semua murid pun menjadi riuh. Beberapa dari mereka langsung berjalan menghampiri teman-teman mereka untuk mendapat tim.

"Nay, lo ikut kita, ya? Kan lo pinter," ujar Keyla yang tidak dihiraukan oleh gadis itu.

"Nay?" panggil Marta yang menyentuh bahu gadis itu, tapi balasannya adalah Naya yang menggebrak mejanya pelan dan beranjak dari duduknya.

"Kita kurang satu nih, siapa lagi?" tanya Jeno yang menoleh pada Randa dan Stefan.

"Iya, kayaknya semua udah dapat tim," seru Stefan.

"Gua ikut," sembur Naya yang langsung menulis namanya di atas kertas.

"Eh, apaan nih? Ngapain lo ikut kita? Lo kan bukan circle kita," ujar Jeno.

"Alah, bacot. Kalian kurang satu tim, kan? Ya udah, gua yang masuk. Gitu aja ribet," sungut Naya bersedekap dada.

Surat Terakhir Delia ( on going )Where stories live. Discover now