STD, 15

695 30 0
                                    

🥀🥀🥀

"Mudah datang dan juga mudah pergi. Namun, aku akan setia dan terus menunggumu meskipun itu membutuhkan waktu yang lama."



Malam yang kelabu, kini bertukar menjadi pagi yang suram. Pagi yang seharusnya membawa keceriaan, kini malah menjadi pagi yang penuh akan  kesedihan. Ditambah lagi dengan Rita yang akan keluar dan pergi dari tempat kerjanya, membuat suasana rumah menjadi bertambah menyedihkan.

Dengan dua buah tas besar di tangannya, Rita pun berjalan keluar rumah diiringi oleh Delia dari belakang yang sembari menunduk lirih. Sampai akhirnya mereka berhenti di pinggir jalan depan rumah untuk menunggu jemputan.

Tertunduk sedih, Delia pun menarik pelan ujung baju Rita pelan. Segera ia pun menoleh dan kemudian berjongkok di hadapannya. Melihat Delia yang tertunduk, Rita pun menangkup wajahnya. Dan terlihatlah wajah Delia yang sangat sayu dan lirih. Wajah yang akan penuh kesedihan untuk yang kesekian kalinya.

Rita pun mengelap sisa jejak air mata yang terjatuh di pelupuk mata indah Delia sembari menggelengkan kepalanya.

"Saya tahu, kamu adalah gadis yang hebat dan kuat. Jadi, jangan menangis," ucap Rita yang menggerakkan kedua tangannya.

Di kejauhan, sebuah mobil taksi pun melaju dengan kecepatan sedang. Dan pada akhirnya berhenti tepat di depan mereka berdua. Ya, itu adalah mobil pesanan Rita yang untuk menjemputnya.

Rita pun menghembuskan nafas panjang, dan kemudian melihat kearah Delia kembali. Ditatapnya lekat netra coklat itu dan kemudian, ia pun mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Delia.

"Non, ini saya belikan buku diary. Jadi, Non bisa menulis apapun yang Non mau di buku ini. Anggap saja, buku ini adalah saya. Setiap tulisan itu anggap saja, Non lagi cerita dan curhat kepada saya. Tuangkan semuanya dalam sini, semua keluh kesah yang terjadi. Dan ini ...," Rita pun mengalungkan sesuatu dileher Delia. "Ini adalah kunci untuk membuka buku ini, biar gak bisa dibaca orang lain," sambungnya yang tersenyum.

Delia pun mengambil buku yang diberikan oleh Rita, dan kemudian beralih pada kunci yang dikalungkan wanita tersebut.

Tin ... Tin ....

Bunyi klakson taksi yang sudah menunggu dari tadi. Rita pun memberitahu sang supir taksi untuk menunggunya sebentar lagi. Dengan tersenyum lirih, Rita pun mengusap surai Delia lembut.

"Non, satu pesan saya. Menangis boleh, tapi jangan terlalu. Jangan membenci apa lagi menyakiti. Tetaplah tersenyum dan menjadi orang baik walau yang lain menjahatimu. Karena saya percaya, setiap badai akan ada pelangi," pesan Rita yang diikuti oleh Delia di kalimat bagian akhir.

Setelah mengatakan itu, Rita pun tersenyum sembari mengacak rambut Delia pelan. Dan kemudian, ia pun mengambil tas yang ia letakkan di tanah dan berjalan masuk kedalam taksi. Membuka jendela mobil dan melambaikan tangannya kepada Delia yang berdiam diri melihat kearahnya.

Delia sama sekali tidak membalas lambaian tersebut, karena ia tidak ingin menganggap ini semua sebagai perpisahan. Meskipun ia merasa sangat sedih dengan kepergian Rita yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri.

Tidak sanggup melihat Delia yang seperti itu, Rita pun memutuskan untuk menutup jendela mobil. "Jalan pak," titahnya lirih dengan suara bergetar.

Surat Terakhir Delia ( on going )Where stories live. Discover now