STD. 22

720 45 2
                                    

Berjalan sembari bergosip, itulah adalah hal biasa bagi circle Amel lakukan. Tiada hari tanpa bergosip bagi mereka. Jika tidak melakukan itu, maka mereka akan mengganggu para siswa lain.

Seperti halnya dengan ketiga temannya yang tengah bergosip heboh di sampingnya, sedangkan ia sendiri sedang sibuk dengan ponselnya.

"Eh, tahu gak?" tanya Marta pada Naya dan Keyla.

"Katanya gua dengar-dengar nih ya, ada murid baru di sekolah kita."

"Hah ... serius lo? Cewek atau cowok?" seru Naya.

"Iya. Kalau gak salah si, cowok," jawab Marta yang di antusiasi oleh kedua temannya itu.

"Seriusan?" tanya Keyla yang menoleh pada Marta. "Kalau ganteng, gua deketin ah," sambungnya dengan genit, membuat mimik wajah para temannya menjadi seakan jijik dengannya.

"Ye ... Dasar buaya betina lu," cetus Amel nimbrung yang sedari tadi mendengarkan obrolan para temannya itu. "Terus yang kemarin itu, mau lo kemanakan?"

"Kemarin yang mana lagi nih?" tanya Marta yang bingung.

"Memangnya lo gak tahu, kalau nih buaya betina habis ngedate kemarin?" seru Naya pada Marta, dan gadis itupun menggeleng tidak tahu.

"Emang sama siapa? Anak mana?" tanyanya yang menoleh kearah Keyla.

"Namanya Max, dia dari sekolah lain. Dan orangnya, guanteng banget," jawab gadis itu sembari membayangkan orang yang bernama Max.

"He'eleh," ledek Naya. "Terus si Niko mau lu kemanakan hah?"

"Ya gak di kemana-manain. Kan si Max cuma untuk cadangan gue aja, kalau gue putus sama Niko," jawabnya yang santai, membuat ketiga temannya itu geregetan.

"Enak banget kalau lo ngomong ya. Entar kena batunya baru tahu rasa lo," cetus Marta menunjuk kearah Keyla yang acuh tak acuh padanya.

"Enak tahu, punya pacar banyak," beo gadis itu yang mendapat toyoran dari Amel.

"Amel," dengus Keyla sembari membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan akibat toyoran gadis tersebut.

"Apa?" sungutnya yang bersedekap dada. "Itu biar lo sadar, kalau yang lo lakuin itu gak benar," sambungnya yang membuat Keyla mayun.

Setelah mengatakan hal tersebut, Amel pun lantas kembali berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya.

Baru saja beberapa langkah ia menapakkan kakinya, tanpa sengaja ada seseorang yang menabraknya, dan untung saja dengan cekatan orang yang menabrak tersebut menangkapnya. Membuat pandangan mereka bertemu. Sedangkan mata hazel itu menatap lekat wajah sang gadis, orang yang baru saja ia jumpai di parkiran.

Sedangkan ketiga temannya hanya memperhatikan dari jauh dengan bisikan dan cengengesan.

"Ekhem ...." deham Amel yang tersadar dan kemudian berdiri membenarkan posisinya.

"Sorry, gua benar-benar gak ada maksud untuk menabrak lo untuk yang kedua kalinya," ucap Johan yang membuat Amel sedikit bingung.

"Ya, gua gak apa-apa. Tapi, kedua kali apa?" tanyanya yang membuat kerutan di dahi pemuda itu.

'Bukannya dia tidak bisa berbicara, ya?' batinnya yang menatap lekat Amel.

"Lo bisa ngomong?" tanyanya yang membuat Amel terkekeh.

"Hello ... Lo pikir gua Delia si bisu itu apa? Ya bisalah," ujarnya dengan wajah songongnya.

'Delia?' batinnya yang masih bingung.

"Eh, itu siapa ya? Kok gue gak pernah lihat?" cetus Naya yang di angguki oleh Keyla.

"Ho'oh," seru Keyla. "Sejauh mata gua memandang cogan yang berada di sekolah ini, gak ada tuh gue lihat dia. Atau dia anak baru yang lo bilang tadi, Ta?" tanyanya yang menoleh pada Marta.

Surat Terakhir Delia ( on going )Onde histórias criam vida. Descubra agora