STD. 25

496 29 0
                                    

TINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA.

🥀🥀🥀


Kini kelas menjadi sepi, karena jam istirahat membuat seluruh siswa pun berhambur keluar ruangan. Meninggalkan sepasang remaja yang tengah duduk diam ditempat.

Delia yang memang tidak bisa berbicara pun, hanya diam sembari mengeluarkan dua buah buku. Jika dilihat, itu adalah buku gambar yang cukup tebal dan sebuah notebook.

Seperti itulah yng bisa disimpulkan oleh Johan yang sedari tadi memperhatikan dari tempatnya. Entah kenapa rasanya ia begitu tertarik dengan gadis tersebut.

Merasa seperti ada yang memperhatikan, Delia pun menoleh dan melihat sekelilingnya. Hingga akhirnya ia sedikit tertegun saat mendapati bahwa, Johan si siswa baru itu terus melihat kearahnya.

Segera Delia pun menurunkan arah pandangnya, dan berusaha untuk tidak memperdulikan laki-laki itu. Ia mencoba untuk fokus dengan buku gambarnya yang sudah ia coret-coret membuat sketsa.

'Kenapa dia terus lihatin aku terus sih?' batinnya yang sesekali melirik pemuda tersebut yang terus melihatnya tanpa bergeming. Hingga membuatnya menjadi tidak fokus, dan bahkan salah tingkah.

Johan yang melihat tingkah yang aneh dari gadis tersebut pun mengerutkan dahinya. 'Ada apa dengannya?' batin Johan.

Karena sudah tidak fokus, Delia pun menutup buku gambarnya dan menyimpannya kembali. Setelah itu ia pun berdiri dari tempatnya dengan notebook yang berada di dekapan nya. Dan kemudian berjalan keluar kelas.

Melihat hal itu, Johan pun ikutan berdiri dari tempatnya. Dari belakang, ia dapat lihat jika gadis tersebut berjalan kearah kiri.

Karena penasaran gadis tersebut pergi kemana, Johan pun mengikutinya. Hingga tibalah ia didepan kamar mandi khusus perempuan.

Melihat seorang pemuda tampan berdiri didepan toilet perempuan, membuat dirinya menjadi bahan perbincangan para siswi di sana.

"Eh, dia kok ada di sini sih? Inikan toilet cewek," ucap salah seorang siswi yang berbisik pada temannya.

"Iya ya. Kira-kira dia mau ngapain ya di situ?" tanya temannya yang membuat siswi tersebut menaikkan bahunya tidak tahu.

Tahu dirinya sedang diperbincangkan, Johan hanya menatap mereka sinis dan tajam. Membuat siapa saja yang melihatnya akan bergidik ngeri.

Randa yang baru saja keluar dari toilet khusus laki-laki, yang tidak jauh dari tempat toilet perempuan pun tidak sengaja melihat Johan yang masih ditempatnya.

Segera ia pun menghampiri pemuda tersebut. "Heh, lo ngapain disini?" celetuk Randa yang menepuk pundak Johan.

"Ada yang lo tunggu di dalam? Atau lo mau buang air?" tanya nya lagi, yang hanya mendapat tatapan datar dari Johan.

"Kalau lo emang kebelet, toilet cowok di sana." tunjuknya kearah kamar mandi cowok. "Ya.Bukan disini." sambungnya lagi.

"Ya," seru Johan datar. "Gua hanya kesasar saja, karena gua pikir ini jalan ke kantin," sambungnya.

Mendengar itu, Randa pun menepuk jidatnya tidak percaya. "Ya sudah, lo mau ke kantin kan?" dan Johan pun mengangguk pelan. "Yuk ikut gua. Yang lain pasti sudah nungguin."

Perginya kedua pemuda itu membuat Delia menghembuskan nafasnya lega. Karena feeling nya akan cowok tersebut mengitunya, ternyata benar. Ia pergi ketoilet hanya untuk pengalihan saja, dan untuk memastikan.

'Dasar cowok aneh.' gerutunya membantin.

'Kenapa dia sampai segitunya memperhatikanku, bahkan sampai mengikutiku kesini? Apakah ada yang salah dari penampilanku?' segera ia pun memperhatikan dirinya, dari atas sampai bawah didepan cermin toilet.

'Tidak,' beo batinnya.

'Atau karena kejadian tadi pagi? Tapikan aku sudah memaafkannya dan tidak memperdulikan hal itu lagi? Terus, apa dong?'

Disaat ia tengah bergulat dengan pikirannya, perutnya pun berbunyi minta diisi.

'Dari pada memikirkan cowok aneh itu, lebih baik aku mengisi perutku.'

Segera ia pun keluar dari dalam kamar mandi, dan berjalan menuju kantin.

"Lama amat lo Ran? Kencing atau boker lo?" tanya Lakki saat melihat Randa yang baru tiba, bersamaan dengan Johan yang langsung duduk disebelah Linda.

"Ya lama lah. Noh pak Yunus, nyuruh gua untuk bantuin dia bawa pekakas olah raga kedalam gudang. Ditambah lagi nih ya, dia." tunjuk Randa pada Johan.

"Kenapa dengan Johan?" tanya Linda.

"Pengen ke kantin, tapi nyasar ke toilet cewek," sambungnya yang hampir saja membuat Jeno tersedak kuah baksonya.

"Kok bisa? Kan jarak kelas kita dan kantin gak jauh amat? Apa lagi kalau sedang ramai seperti ini, pasti kelihatanlah," seru Jeno, sembari menyeruput minuman miliknya.

"Ya itu kelas kalian, bukan kami. Beda kelas beda cerita," sahut Linda yang terus mengunyah nasi goreng miliknya.

"Gak makan, lo?" tanya Linda yang melirik Johan.

"Gak," jawabnya singkat, dan padat. Sedangkan Linda pun hanya ber-oh ria saja, dan kembali memakan makanannya.

"Nih cowok dingin amat, Div?" bisik Stefan yang memang duduk disebelah pemuda tersebut.

"Hooh," seru Randa yang mengiyakan. "Cueknya itu beda, gak kayak lo," sambungnya yang mendapat lirikan tajam dari Dival.

"Kok jadinya ke gua?" ketusnya.

"Ya kan, dari kita berlima cuma lo yang terkadang paling cuek. Tapi sekarang, ada yang lebih cuek lagi," ucap Randa yang menekankan kata lebih.

Mendengar hal itu, Dival pun hanya memutar bola matanya malas. "Terserah lo." ketusnya yang kemudian beranjak dari tempatnya.

"Mau kemana lo?" tanya Lakki.

"Mau beli minum gue. Kenapa?"

"Titip dong, satu teh botol."

Tanpa berbicara, Dival pun menyodorkan sebelah tangannya. Dan segera, Lakki pun menyerahkan uangnya pada pemuda tersebut.

"Sisanya lo yang bayarin, ya?" cicitnya yang terkekeh. Membuat Dival berdecih dan kemudian pergi untuk membeli minumannya.

"Miskin banget sih lo," cetus Linda yang melempar tisu bekas kearah Lakki.

"Gua lupa bawa duit, Lin. Itu aja sisa yang kemaren. Mana hari ini pengeluaran banyak lagi, ya habislah duit gue," terang Lakki.

"Dih, banyak apanya? Cuma uang kas dua ribu perhari doang, itupun lo kadang gak bayar."

"Serius? Miskin amat lo, Lak," ledek Jeno.

"Bisa diam gak sih, lo." sungut Lakki yang mulai kesal.

"Ih, jangan marah dong. Entar gantengnya hilang loh," goda Jeno dengan suara yang dibuat-buat olehnya.

Bukannya lucu, para temannya malah bergidik ngeri dan juga jijik melihat hal tersebut.

"Geli gua lihatnya, njir," ungkap Stefan.

"Jijik banget, sumpah," timpal Randa. Sedangkan Johan memutar bola matanya jengah. Ia sampai tidak habis pikir, kenapa bisa Dival mendapatkan teman-teman yang seperti ini?

Disaat ia tengah melihat persekitaran kantin yang masih baru untuknya, atensinya pun menangkap sesosok gadis. Yang sekali lihat dia sudah mengenali gadis tersebut.

"Lo lagi lihat apa?" tanya Linda yang mengikuti arah pandang Johan.

"Apakah disekolah ini, ada siswa kembar?" tanya Johan yang menoleh pada Linda.

"Iya, ada. Memangnya kenapa?" tanya balik Linda. Namun, Johan hanya diam. Cukup tahu akan jawabannya saja membuatnya mengerti.

Sedangkan Linda menggerutu kesal, karena pertanyaannya sama sekali tidak dijawab oleh pemuda yang berada disampingnya itu.

Surat Terakhir Delia ( on going )Where stories live. Discover now