STD. 20

868 41 6
                                    

"Semakin aku mengingat, maka semakin rindu. Hingga hati ini tidak sabar untuk segera bertemu."

🥀🥀🥀

Hari semakin siang, waktu untuk pergi ke sekolah agar tidak terlambat pun semakin sedikit.

Sama halnya dengan Johan. Dengan menaiki motor sport miliknya, ia pun membelah jalanan menuju ke sekolah barunya.

Sampai persimpangan, ia membelokkan kendaraannya kearah yang berbeda. Bukan menuju ke sekolah, tapi malah ke taman.

Tempat yang sama tapi dengan nuansa yang berbeda, mungkin itulah yang bisa di deskripsikan oleh Johan.

Ia pun memarkirkan motornya di pinggir jalan, dan mulai melangkah menelusuri jalan setapak di taman itu.

Dari jauh, ia melihat sebuah ayunan. Dan itu mengingatkannya akan satu hal.

Didekatinya ayunan tersebut, sampai akhirnya ia berdiri di samping wahana bermain itu.

Disentuhnya ayunan tersebut sembari memutup mata. Ia pun mulai meraba benda itu, dari tali, tiang, sampai tempat duduk ia raba. Hingga seulas senyum tipis terukir diwajahnya.

Inilah dia. Sensasi inilah yang Johan rindukan. Dimana untuk pertama kalinya ia memiliki seorang teman ditempat yang sama saat ini.

"disini, di tempat inilah kita membuat janji dulu. Janji yang aku harap kau masih mengingatnya," gumam Johan yang menatap hangat ayunan tersebut. Hingga atensinya pun teralih pada sebuah objek.

Kini pandangannya lurus kedepan, menatap sebuah pohon yang sudah tua akan tetapi masih berdaun rindang.

Ia pun berjalan menghampiri pohon tersebut. Sedangkan dibalik pohon, Delia sedang berdiri membelakangi tumbuhan itu.

Gadis itu menatap luas hamparan hijau yang bercampur warna lain yang dihasilkan oleh beberapa bunga.

Menutup mata dan membiarkan angin menerpa wajahnya, dan seketika ia pun teringat akan sosok Johan. Membuat sebuah getaran kecil didalam dirinya.

"Kapan kau kembali?" batinnya sembari membuka mata.

Tangannya yang menggenggam pesawat kertas diletakkannya di atas dada. " Tuhan ... aku tidak minta banyak hal dari 'Mu, aku hanya ingin Kau mengembalikan dia padaku dan buatlah keluargaku mencintaiku. Hanya itu Tuhan, hanya itu."

Setelah mengutarakan isi hatinya, Delia pun menerbangkan pesawat kertas itu hingga terbang jauh hilang dari pandangannya. Setelahnya, ia pun beranjak dari tempatnya. Tidak lupa ia mengambil tasnya terlebih dahulu yang ia letakkan diatas rumput.

"Meskipun hanya sebentar, tapi kita pernah melewati masa yang sangat indah disini," gumam Johan yang sudah berdiri dihadapan pohon itu.

Saat ingin menyentuhnya, sebuah pesawat kertas yang tidak lain milik Delia tadi mendarat di bawah kakinya.

Saat Johan ingin mengambil pesawat kertas itu, Delia pun berjalan melewati pemuda itu begitu saja. Ia terus berjalan tanpa melihat kemanapun.

Tapi tidak dengan Johan. Pemuda itu seketika mengangkat kepalanya saat merasakan dan mendengar sebuah suara yang sangat familiar diingatan serta pendengarannya. Segera ia menoleh kebelakang dengan penuh harapan.

Hingga sampai akhirnya mata elang itu menangkap sesosok gadis remaja berseragam yang sedang berjalan sendiri.

Segera ia menghampiri gadis tersebut. "Jeje!," sentaknya yang menepuk pundak gadis tersebut, membuat sang empu terkejut dan langsung menoleh.

Surat Terakhir Delia ( on going )Where stories live. Discover now