🪐 Amarah Tak Terkendali

26 8 0
                                    

"BAJINGAN! BUKA PINTU KAMARKU!!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"BAJINGAN! BUKA PINTU KAMARKU!!"

BRAK! BRAK! BRAK!

Sialan! Mereka mengunciku dari luar. Padahal aku ingin pergi ke sekolah, tetapi mereka benar-benar tidak mempedulikan teriakanku sejak sejam yang lalu.

Aku tidak mengerti apa motif mereka melakukan ini. Hingga akhirnya aku menendang pintu tak bersalah ini dengan kuat. Sebagai pertanda bahwa aku benar-benar lelah berteriak.

Selain itu, aku juga ingin bertemu dengan teman-temanku. Selama 17 tahun, baru kali ini aku memiliki teman, tetapi kedua Kakakku mengacaukan segalanya.

Lelah. Aku benar-benar lelah. Aku bersandar pada pintu dan merosot terduduk dilantai, "bagaimana ini..."

Apakah aku harus menghubungi Smiley? Secepat mungkin aku membuka ikon kontak, tetapi setelah itu aku mengehentikan pergerakanku, "tidak! Aku dan Nahoya berada di sekolah yang berbeda."

Aku sudah terlalu sering merepotkan mereka, tidak untuk yang kali ini. Ini urusan keluargaku, tidak ada hubungan dengan gang.

Kembali meletakkan ponselku dilantai, aku menunduk, memandangi luar lewat jendela yang terbuka tak jauh didepanku. Awan gelap mengumpul, pertanda bahwa sebentar lagi hujan akan turun.

Uh? Apa aku turun lewat jendela saja?

Lantas, aku berdiri dan berlari kecil menuju jendela. Menyembulkan kepala dan melihat kebawah. Tidak terlalu tinggi. Jika melompat pun, tidak akan membuatku mati.

Iya, setelah itu kakiku langsung di amputasi.

Aku berlari lagi dan menyeret kursi belajar. Menaikinya dan mencari sesuatu yang sudah lama aku simpan diatas lemari.

"Ketemu!" Sebuah tali tambang yang berukuran kurang lebih 10 meter sudah ada di genggamanku.

Sengaja menyimpan benda ini dikamar, karena aku sudah berkali-kali hendak melakukan percobaan gantung diri. Tetapi suatu dorongan membuat niatku mati menjadi hilang.

Namun, sial! Ketika aku hendak mengulurkan tali ini keluar, aku melihat beberapa anggota Black Dragon mengelilingi rumahku dengan senjata yang ada dalam genggaman mereka.

Mereka menggunakan Black Dragon hanya untuk menjagaku. Bukan dalam artian baik, tetapi dalam artian buruk. Dengan kata lain, mereka seperti penjahat yang menculik seorang gadis lemah.

Kedua tanganku terkepal begitu erat.

"INUI SEISHU! KOKONOI HAJIME! KALIAN BENAR-BENAR BAJINGAN!!!"

Aku berteriak sekeras mungkin dan mencampakkan tali ini ke lemari, hingga benda besar itu bergerak-gerak.

Nafasku mulai tidak teratur. Seketika saja seluruh tubuhku dipenuhi dengan amarah yang ingin sekali aku lampiaskan.

Aku marah. Benar-benar marah, hingga aku sendiri tidak dapat menjelaskan betapa inginnya aku membunuh Inui dan Kokonoi detik ini juga.

VENGEANCE ⭑ Tokyo RevengersWhere stories live. Discover now