🪐 Sisi Yang Tidak Aku Ketahui

46 8 0
                                    

warn; 17+

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

warn; 17+
...

"KAK INUI!!"

Jantungku berdebar begitu kencang, kepalaku sungguh pusing. Eh? Dimana aku?

"Izumi, tenanglah. Kakakmu baik-baik saja, bersandarlah." Chifuyu membantuku untuk bersandar pada dinding ruangan. Chifuyu juga menjadikan bantalku sebagai sandaran agar punggungku tidak sakit.

Aku memegang kedua lengan Chifuyu, menuntut penjelasan, "be--benarkah? Kakakku baik-baik saja?"

Chifuyu tersenyum dan mengelus kepalaku, "iya, hanya saja sekarang dia belum sadar karena obat biusnya." ucapnya pelan.

"Ka--kau ... kau sudah baik-baik saja, kan?" Kini kedua tanganku menangkup kedua pipinya. Mata kanannya kini di beri perban, dan beberapa plaster menempel.

"Rasa sakit pada luka diwajahku ini, tidak sebanding dengan luka yang kau rasakan, Izumi. Aku baik-baik saja jika kau juga baik-baik saja." dia membawa tubuhku kedalam dekapannya. Mengelus rambutku begitu lembut.

Jangan bertanya apapun mengenai statusku dengan Chifuyu, karena aku tidak bisa menjawabnya. Aku dan dia tidak menjalin hubungan apapun. Tetapi melihatnya seperti ini, aku menjadi tidak rela jika dia melakukan hal yang sama pada orang lain.

Chifuyu melepaskan dekapannya dan menatap mataku, "sekarang makan, ya?"

"Ma--makan? Muntahan kucing itu?"

"Ha? Muntahan kucing?"

Aku melihat meja yang diatasnya sudah ada nampan berisi bubur--- errr ... lebih cocok disebut sebagai muntahan kucing daripada semangkuk bubur.

"Tidak. Aku tidak ingin memakannya. Hih! Menggelikan." Aku memalingkan wajah dan menutup bibir dengan kedua tangan.

Namun, aku melihat ada semangkuk ramen yang masih terbungkus oleh plastik bening, "aku mau itu..." aku menunjuk ramen dan menoleh pada Chifuyu.

"Tidak. Organ dalammu ada yang terluka, kau harus memakan ini." Chifuyu mengambil nampan yang diatasnya ada semangkuk bubur, seekor ikan goreng, buah pisang, dan obat.

"Aku tidak mau!" Aku kembali menutup bibir, dan menjauhkan nampan yang dipegang Chifuyu dengan satu tangan.

"Setidaknya satu atau dua sendok saja, agar kau bisa minum obat dan cepat sembuh!" Chifuyu mengambil mangkuk berisi bubur dan menyendokkan bubur itu-- hih! Benar-benar lebih pantas kusebut muntahan kucing.

"Eung! Eung!" Aku menggeleng, menolak keras bubur itu masuk kedalam mulut. Kedua tanganku kini juga masih membekap bibirku sendiri.

Chifuyu menghela nafas dan berlagak hendak memakan bubur itu. Aku mengerutkan kening ketika dia ketika dia benar-benar memakannya.

"A--apa yang--" ucapanku terhenti ketika Chifuyu menerjang bibirku.

"Akhh..." aku terkejut ketika Chifuyu mengigit kecil bibir bawahku. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang Chifuyu masukan. Hambar, tidak terasa apapun. Apakah ini bubur yang dia makan tadi?

VENGEANCE ⭑ Tokyo RevengersWhere stories live. Discover now