Epilog

2K 114 62
                                    

Pagi hari Arjuna terbangun dengan posisi yang sama seperti semalam, ia masih setia memeluk kakak sulungnya itu. Ia bangun dengan begitu damainya, semalam ia benar-benar tidur dengan lelap. Ia sama sekali tak terbangun semalam, padahal sejak kecelakaan ia kesulitan untuk tidur sebab rasa sakit yang sering kali tiba-tiba datang. Tapi semalam rasanya tidak, rasa sakit yang ia punya tiba-tiba saja hilang.

Ia masih dalam posisinya, memeluk Hasbi yang masih setia menutup mata. Ia menilik sekitar, mendapati hanya ada dirinya dan Hasbi di ruangan itu. Ia juga melihat ke arah jam, waktu menunjukkan pukul 05.20, masih cukup pagi, biasanya jika dalam kondisi sehat dan biasa, ia dan Hasbi sudah bangun untuk menyiapkan keperluan sekolahnya.

Arjuna berniat mengubah posisinya karena merasa pegal. Saat menggerakkan tubuhnya, tak sengaja ia bersentuhan langsung dengan kulit Hasbi. Dingin, ia merasakan tubuh Hasbi yang dingin. Ia pastikan sekali lagi, siapa tau itu hanya karena paparan dari ac yang mengenai tubuhnya. Tapi ternyata tidak. Dingin ia rasakan diseluruh tubuh Hasbi.

Firasatnya begitu buruk sekarang, apalagi melihat wajah Hasbi yang begitu pucat dengan mata yang tertutup sempurna.

Ia coba untuk membangunkan Hasbi, ia sungguh ketakutan sekarang.

"Abang, bangun", panggilnya pada Hasbi sambil menggoyang pelan tubuhnya. Hasbi tak merespon.

"A-abang", ucapnya yang kini bergetar sebab menahan isakannya.

"Bang abi, bangun !! Jangan bikin takut Juna", ucapnya sekali lagi.

"A-abang !! Abang bangun !!", Ia mulai terisak sekarang.

Detik berikutnya ia lantas meletakkan jarinya di bawah hidung Hasbi. Hembusan napas tak lagi terasa mengenai jari-jarinya. Ia lantas kembali memeluk Hasbi, mencoba merasakan detak jantungnya, tapi sama saja, tak ada satupun detakan yang terdengar dan terasa olehnya.

Masih dengan posisi memeluk Hasbi, ia terus panggil kakak sulungnya itu berkali-kali, berharap dirinya bangun seperti biasanya. Berapa kalipun ia mencoba untuk memanggil Hasbi, rasanya sia-sia sebab tak ada satupun sahutan darinya.

Kini Arjuna mulai menangis, menangisi situasi yang tengah ia hadapi sekarang.

Tak berapa lama setelahnya, ia mendengar suara pintu yang terbuka. Menampilkan sosok Arletta yang datang dengan beberapa petugas yang pernah ia temui sebelumnya. Orang yang sama dengan yang mengurus jasad Rei sebelumnya.

"Bunda, Bang abi", ucapnya dengan nada bergetar.

Tanpa berucap apapun ia lantas memeluk Arjuna.

"Bunda, abang ngga mau bangun", ucapnya sambil menangis di pelukan Arletta.

"Bunda tolong bangunin abang, kalo bunda yang minta pasti abang mau bangun", pintanya pada Arletta yang lantas dijawab dengan gelengan kecil olehnya.

Arletta tak menangis, sebelum masuk tadi ia mencoba sekeras mungkin untuk menguatkan hatinya agar jangan sampai menangis di hadapan kedua putranya.

"Dek, Bang abi sekarang udah ngga sakit lagi. Bang abi udah istirahat dengan tenang sekarang. Adek jangan nangis, inget kan pesen abang semalam ? Adek ngga mau ngecewain abang kan ?", Mati-matian ia mencoba untuk menahan tangisnya. Hatinya begitu teriris melihat kondisi kedua putranya sekarang.

"Engga bun, engga !! Bunda tolong bangunin abang, abang cuma tidur bun !! Abang ngga kemana-mana", ucapnya yang masih tak mau menerima semua fakta yang ada dihadapannya.

"Arjuna, ja—

"Abang ngga mungkin ninggalin Juna bun, abang cuma tidur. Bunda tolong bangunin abang", ia terus menolak untuk mempercayai fakta bahwa Hasbi memang telah tiada.

Is It Home ? Where stories live. Discover now