67. Sacrifice

1.1K 96 26
                                    

⚠️ long story

Sharra tengah menemani mamanya di kamar. Mamanya terus saja menanyakan soal keberadaan Naren. Tentu ia bingung harus menjawab bagaimana. Ia berniat memberi tahu mamanya soal kebenaran Naren dan Noah, tapi melihat kondisi mamanya sekarang, ia jadi ragu. Ia berniat memberi tahu mamanya setelah kondisinya membaik nanti, tentu juga menunggu papanya pulang dari urusannya.

Sharra duduk disudut ruangan, ia hanya mengamati mamanya yang kini bersiap untuk kembali terlelap, setelah sebelumnya heboh sebab teringat soal putranya. Atensi Sharra teralihkan setelah merasakan getaran di sakunya. Ada telepon dari mama Noah, ia pun buru-buru mengangkatnya.

Senyum mengembang sesaat setelah ia mematikan teleponnya. Kabar yang ia dapat sungguh menjadi kabar terbaik baginya hari ini. Noah akhirnya sadar dan kondisinya semakin membaik.

Sharra senang karena akhirnya Noah berhasil melewati masa-masa tersulitnya. Tanpa berlama-lama ia lantas bersiap. Tak banyak yang ia lakukan, ia hanya memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya.

"Sus, Sharra tinggal bentar gapapa ?", tanyanya perawat yang kini ada disamping mamanya.

"Gapapa, ibu juga udah lelap tidurnya", ujarnya yang lantas diangguki oleh Sharra.

Sharra pun lantas mendekat ke arah mamanya. Mengecup punggung tangan serta kening mamanya.

"Tolong sabar ya ma. Sharra bakal berusaha buat temuin Noah lagi ke mama. Maaf kalo Sharra selama ini bohong ke mama. Sharra cuma ngga mau liat mama yang terus murung kaya sebelumnya", ucap Sharra pada mamanya yang kini masih terlelap.

Setelah sedikit perbincangan dengan perawat mamanya, Sharra pun lantas melanjutkan langkahnya untuk pergi. Ia tak sabar untuk segera menemui Noah. Baru saja ia akan keluar, langkahnya terhenti sebab ia mendengar seseorang yang memanggil nya.

"Sharra", Ia pun lantas berbalik ke arah sumber suara. Ia dengar mamanya yang mengucapkan beberapa kata. Tas yang awalnya ada digenggamannya, reflek ia buang begitu saja. Dengan tergesa ia mendekat ke arah mamanya. Entah apa yang terjadi, yang pasti pada akhirnya Sharra pun memilih untuk menunda kepergiannya.

___________________________________________

Disisi lain, suasana canggung sangat terasa diantara Noah dan mamanya. Wajar saja, interaksi antara ibu dan anak jarang terjadi diantara keduanya. Mamanya tak sanggup untuk memulai obrolan dengan Noah, ia merasa malu dan tak pantas.

Keheningan terus terjadi sampai akhirnya Noah perlu menanyakan sesuatu pada mamanya.

"Ma, kak Sharra masih mau nemuin Noah ngga ya ? Setelah tau ini, kak Sharra masih mau dateng kesini ngga ya ma ?", tanyanya pada mamanya.

"Pasti, pasti mau. Tadi mama udah bilang ke Sharra, nanti pasti kesini. Noah istirahat lagi aja ya ? Atau Noah mau apa ?", tawarnya pada Noah.

"Noah mau mama disini, Noah ngga mau sendiri lagi ma, Noah ngga suka sendiri", ucapnya yang sukses membuat mamanya berkaca-kaca.

"Iya nak, mama disini. Mama ngga akan ninggalin Noah sendiri lagi", balasnya pada Noah. Hening kembali menerpa sampai akhirnya Noah kembali melanjutkan ucapannya.

"Ma, makasih ya udah mau nolong Noah. Noah seneng karena ternyata mama masih sayang ke Noah", ucapan Noah kali ini tak hanya membuatnya berkaca-kaca, air mata itu tanpa permisi terus membasahi pipinya.

Ia genggam erat tangan putranya, menyalurkan semua emosi yang kini mengusai dirinya. Ia merutuki dirinya sendiri, merutuki semua perbuatan bodohnya selama ini.

"Ma, jangan nangis. Noah ngga bisa liat mama nangis", mendengar itu ia buru-buru mengusap wajahnya, menghilangkan air mata yang bahkan masih terus mengalir dari sudut matanya.

Is It Home ? Where stories live. Discover now