42. Hesitate

1.1K 110 15
                                    

Kini Noah tengah berada di taman rumah sakit bersama dengan pengasuhnya. Tentu awalnya ia tak diizinkan untuk keluar, tapi atas bantuan dari pengasuhnya ia akhirnya bisa keluar dari ruangan rawat inapnya.

"Masih lama ? Takutnya nanti bapak keburu marah. Noah lagi kan yang kena ?", tanya pengasuhnya pada Noah.

"Engga sebentar lagi, bentar aja mba. Noah janji ngga bakal sampe papa marah", ucap Noah yang mencoba menenangkan pengasuhnya.

Langit mulai menggelap, taman juga mulai sepi, tapi Noah berserta pengasuhnya masih berada disana. Pengasuhnya berniat mengajak Noah untuk kembali, namun belum sempat ia berucap, Noah lebih dulu bangkit dari posisinya.

"Kak, Noah disinii", panggilnya pada seseorang yang kini nampak celingukan ditaman itu. Tak lama perempuan itu datang menghampiri Noah. Pengasuhnya tentu menatap heran ke arah perempuan itu, apakah dia teman dari Noah ? Atau kekasihnya ? Yang pasti perempuan itu nampak lebih dewasa dari Noah.

"Mba, kenalin ini kak Sharra, temennya abang", seakan tau apa yang tengah ia tanyakan, Noah lebih dulu mengenalkan perempuan itu pada dirinya.

Perempuan yang Noah maksud adalah Sharra, pemilik dari tempat Jevariel kerja selama ini, yang juga menjadi teman dari Rajendra.

Sharra bisa menghubungi Noah dari nomor yang Rajendra kirim. Ia merasa aneh dengan Jevariel yang hampir selama tiga hari sama sekali tidak ada kabar. Bahkan hanya untuk sekedar izin saja tidak ada.

Sharra memutuskan untuk menghubungi Rajendra, menanyakan mengenai Jevariel, tapi ternyata Rajendra juga sama-sama tidak tahunya karena ia saat itu tengah sibuk dengan urusannya bersama Samudra dan papanya. Berakhir Rajendra mengirimkan nomor milik Noah untuk Sharra hubungi. 

Telepon yang Noah dapat malam itu adalah telepon dari Sharra. Awalnya ia tak ingin menceritakan soal Jevariel karena ia pun baru kenal Sharra hari itu. Tapi ia tak punya orang lain lagi untuk ia mintai tolong, berakhir ia kini meminta bantuan Sharra mengurus masalah Jevariel.

"Jevariel masih belum baikan ?", tanya Sharra.

"Belum kak, makanya mereka belum berani bawa abang pindah", jawab Noah.

"Gue bingung harus seneng apa ngga. Oh iya, gue udah nyari tau soal bokap lo, seperti yang lo minta waktu itu dan semua yang lo bilang bener. Sebenernya ada banyak kasus yang nyeret bokap lo.

Gue ga terlalu paham gimananya, cuma gue ada rekapan dari orang-orang suruhan gue. Gue sempet baca sih, salah satunya bokap lo sengaja menjual donor yang emang seharusnya buat pasiennya ke orang lain. Buntut dari kejadian itu, pasien bokap lo ngga lama meninggal. Tapi ntah gimana kelakuan bokap lo ini ngga diusut", terang Sharra.

"Pasti pake uang, kebiasaan", ucap Noah yang nampak tak terlalu terkejut dengan penuturan Sharra.

"Lo beneran mau nglaporin ini sekarang ?", tanya Sharra memastikan.

"Emang ada cara lain buat nahan abang ? Ngga ada kan ?", ucapan Noah yang lantas membuat Sharra berpikir.

"Tapi dengan lo nglaporin mereka, kemungkinan besar aset mereka bakal ditahan atau bahkan disita. Sedangkan Jevariel pasti butuh banyak biaya buat berobat. Gue ada cuma ngga yakin cukup buat cover semua, apalagi lo juga butuh buat hidup lo kan ? Bukannya gue mau nahan lo, tapi realistis aja. Kemungkinan terburuknya ya itu", Noah yang mendengar itu terdiam.

Bukan Sharra yang tak mau membantu, tapi kini ia tengah merintis kembali usahanya agar tak terlalu bergantung pada orang tuanya. Ia juga tak tau kedepannya apa yang akan Jevariel butuhkan, takutnya jika ia memaksa untuk membantu dan pada akhirnya tak mampu, ia hanya akan membuat Noah dan Jevariel semakin kesulitan nantinya.

Is It Home ? Where stories live. Discover now