38. Misery

977 105 20
                                    

Dua orang perempuan tengah berada dalam satu ruangan yang sama. Ruangan dengan keseluruhan warna putih dan bau khas obat-obatan yang menyeruak memenuhi ruangan itu. Mama Noah dengan satu pekerja yang ia bawa dari rumah tengah berdiri di samping brankar yang didalamnya terdapat sosok laki-laki dengan beberapa luka yang menghiasi wajahnya.

Mereka yang awalnya duduk dengan tenang, terpaksa kembali menggerakkan kedua kakinya karena sosok yang ada didepannya tiba-tiba membuka matanya. Keduanya heboh dan lantas memanggil dokter untuk memeriksanya.

"Noah, bisa denger suara dokter ?", panggil sang dokter. Ya memang, sosok yang terbaring dalam brankar tersebut adalah Noah.

"Bisa lihat dengan jelas objek didepan kamu ?", tanya dokter itu lagi dan Noah mengangguk. Setelah melakukan beberapa tes lain, akhirnya dokter itu pun keluar, meninggalkan ketiganya di ruangan tersebut.

"Noah", panggil mamanya yang lantas membuat Noah menoleh.

"Ad--", belum sempat mamanya berucap, Noah lebih dulu membuka suara.

"Abang mana ma ?", tanyanya yang lantas membuat keduanya terdiam.

"Papa sama mama ngga ngapa-ngapain abang kan ?", lanjutnya. Keduanya masih diam tak menjawab pertanyaan dari Noah. Membuat Noah semakin curiga.

"Abang masih disini kan ?", tanyanya lagi. Pertanyaannya kali ini sukses membuat keduanya mematung sesaat. Namun detik berikutnya mamanya lantas mendekat ke arah Noah.

"Jevariel ngga papa, dia baik-baik aja. Istirahat lagi aja ya, mama mau keluar. Sama mba dulu", tanpa menunggu jawaban dari Noah, mamanya lantas keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Noah bersama dengan pekerja di rumahnya.

"Mba, abang beneran ngga papa ? Mama ngga bohong kan ?", tanya Noah lagi sepeninggal mamanya dari ruangan itu.

"Istirahat lagi ya den, dokter tadi nyuruh istirahat kan ?", bukannya menjawab, pekerja dirumahnya itu malah menyuruhnya untuk kembali beristirahat.

"Noah mba. Noah cuma mau tau, Noah cuma mau mastiin abang beneran ngga papa", ucap Noah lagi dan pekerja yang ia panggil "mba" itu pun hanya mengangguk.

"Istirahat lagi ya ? Nanti mba dimarahin ibu kalo Noah ngga nurut", mendengar hal itu Noah pun hanya pasrah. Sosok didepannya ini adalah pekerja yang sudah mengasuh dan merawatnya dari dulu. Entahlah, padahal mamanya sering kali kasar padanya tapi ia masih betah bekerja di rumah itu.

Jika dihitung-hitung, waktu yang Noah habiskan bersama sosok yang ada didepannya ini lebih banyak daripada waktu yang ia habiskan dengan orang tuanya.

"Mba, Noah ngga mau tidur lagi. Noah pengen keluar, Noah mau ketemu abang", pinta Noah pada pengasuhnya.

"Disini aja ya, nunggu izin dari ibu dulu. Takut nanti ibu marah, Noah juga pasti kena lagi kan ?", tolaknya.

"Tapi Noah ngga mau tidur", ucap Noah lagi.

"Yaudah, tapi disini aja ya ngga usah keluar. Mba temenin disini", Noah pun akhirnya menurut. Sejenak keadaan menjadi hening hingga akhirnya Noah membuka suara.

"Mba, jujur sama Noah. Mama boong kan soal kondisi abang ? Abang ngga lagi baik-baik aja kan ?", ucap Noah tiba-tiba yang mengejutkannya. Melihat pengasuhnya yang kebingungan, Noah sudah tau pasti jawabannya.

"Noah udah tau kok mba. Abang tadi datengin Noah. Noah tau itu cuma mimpi, tapi ngga mungkin kan abang yang masih hidup datengin Noah tiba-tiba gitu kalo ngga ada sesuatu ?", ucap Noah lagi, sedangkan dirinya masih diam.

"Abang masih bareng kita kan mba ? Abang masih disini kan ?", pertanyaan Noah kali ini sukses membuat pengasuhnya menangis. Entahlah, Noah belum tau kondisi Jevariel yang sebenarnya, tapi ia yakin pasti terjadi sesuatu yang buruk sebelumnya.

Is It Home ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang