Paginya, Jendra bangun lebih dulu daripada Jevariel. Ia bingung kenapa ia berada di apartemen Jevariel. Ia lantas bangun dari posisi duduknya, pusing. Hal itu yang pertama kali ia rasakan. Kepalanya terasa sangat pening.
Ia mencoba mengais kesadarannya, berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air untuk ia minum. Ia lantas duduk di meja makan, kepalanya sudah tidak sepusing sebelumnya. Ia bernapas lega, pening yang ia rasakan berangsur membaik.
Tak lama Jevariel muncul dari dalam kamarnya, ia berjalan ke arah Jendra berada, dan duduk di kursi yang letaknya bersebrangan dengan Jendra.
"Jelasin yang semalem !! Lo ngga macem-macem sama cewenya Samudra kan ?", tanyanya pada Jendra. Jendra menggeleng dengan cepat.
"Ngga, gue yakin gue ngga ngapa-ngapain sama dia. Lo percaya sama gue kan ? Gue ga mungkin macem-macem sama perempuan, apalagi cewe temen gue sendiri", terangnya pada Jevariel.
"Trus ngapain lo berdua kesana ?", tanyanya lagi.
"Gue ngga inget pasti, gue juga kaget waktu ketemu lo di bar itu. Gue juga ngga tau kalo gue pergi sama cewenya Samudra.
Yang gue inget, gue pulang dari tempat les. Gue emang ketemu sama dia, ngga sengaja. Lo percaya ngga kalo gue bilang dia gatel ke gue ? Gue bisa liatin chat gue sama dia, bentar", detik berikutnya Jendra mencari keberadaan ponselnya, setelah ketemu ia lantas mencari roomchat antara dirinya dan pacar Samudra, tapi herannya, roomchat antara mereka berdua kosong, tak ada pesan seperti yang Jendra lihat sebelumnya.
"Hah kok kosong sih ? Gue yakin, bahkan siang kemaren cewe itu masih ngehubungin gue Jev. Argh, sialan !! Plis percaya gue Jev, gue ngga mungkin macem-macem", ucapnya yang nampak memohon pada Jevariel.
Jevariel sebenarnya percaya pada Jendra, karena setau dia memang Jendra tidak pernah berbuat macam-macam. Dan lagi, sebelumnya ia mengamati Keyla, pacar Samudra, memang sering nampak terlihat di bar tempat ia kerja. Memang tidak setiap hari, tapi sudah 3 kali ini ia mendapati pacar Samudra datang ke bar tempat ia kerja.
Selagi belum ada bukti bahwa ia bertindak macam-macam, Jevariel berusaha untuk percaya padanya.
"Karena ngga ada bukti juga kalo lo macem-macem sama dia, gue bakal coba percaya sama lo. Gue bakal keep ini dulu, gue ga akan ngomong sama Samudra. Tapi kalo lo ketahuan macem-macem sama dia, gue ga segan-segan buat ngehajar lo", ucapnya dengan penuh penekanan.
"Iya Jev, thanks. Gue bakal cari bukti kalo gue ga macem-macem. Gue bahkan ga sadar kalo gue di bawa sama dia, gue dibawah pengaruh alkohol. Bahkan gue gatau kapan minumnya", ucap Jendra lagi dan Jevariel hanya mengangguk.
"Gue mau sekolah, lo gimana ? Kalo lo masih mabuk mending gausah, jangan cari mati", ucap Jevariel.
"Gue sekolah aja Jev, lagian gue udah ga pening. Gue udah sadar ini. Sayang kalo gue bolos, udah mau UAS juga", jawab Jendra.
"Oke, gue ada seragam dobel, gue ambilin nanti. Lo juga kalo mau ngilangin efek alkoholnya, di kulkas ada susu, lo bisa minum itu", setelah itu keduanya lantas bersiap untuk sekolah.
Jendra berangkat dengan menebeng pada Jevariel. Sesampainya disekolah mereka lantas berjalan menuju kelas mereka yang kebetulan sama. Selama diperjalanan menuju kelas, banyak pasang mata yang mengarah pada keduanya, mereka juga berbisik-bisik.
"Kenapa si ? Ngliatinnya gitu amat, masih pagi ini kenapa malah pada gosip si ?", ucap Jevariel yang lantas diangguki oleh Jendra.
"Iya lagi, gue tanya deh. Lo tunggu sini bentar", Jendra pun lantas mendekat pada salah satu kumpulan siswa yang tak jauh darinya, berniat menanyakan apa yang tengah terjadi.
YOU ARE READING
Is It Home ?
Fanfiction"Kenapa yah? Karena abang anak pertama ya?", -- "Emang pernah kalian nganggep aku ada?" ___________________________________________ "Dia bukan papa lo, lo harusnya tau diri",-- "Emang ga seharusnya gue disini, kehadiran gue cuma ngrusak kebahagiaan...
