71. Regret

1.5K 107 44
                                    

Suara bising dari alat-alat rumah sakit kembali memenuhi telinga Jevariel. Ucapan Sharra benar adanya, Noah berhasil survive, meskipun sebenarnya keadaanya juga tidak bisa dibilang baik.

"Lo mau nemuin dia ?", tanyanya pada Jevariel.

"Boleh ?", tanya balik Jevariel. Sharra mengangguk.

"Keadaan dia belum bisa dibilang baik, tapi better dari sebelumnya. Kalo dia terus stabil kaya gini, dokter bisa segera ngasih tindakan", terang Sharra.

"Masuk aja kalo lo mau nemuin dia", suruh Sharra.

"Tolong temenin gue Sha, gue takut ngga sanggup", Sharra menurut, ia lantas mengantar Jevariel untuk masuk.

Keduanya masuk, mendapati Noah yang kini terlelap dengan banyaknya alat yang menempel ditubuhnya. Tak bisa dipungkiri jika memang wajah Noah masih memucat, wajar saja karena memang ia tengah sakit.

"Ini dia beneran masih disini kan Sha ? Gue ga mimpi ?", tanyanya.

"Iya, lo ngga mimpi. Noah emang masih disini, ditempat yang sama kaya kita", ucap Sharra.

Jevariel masih menatap Noah tak percaya. Tak henti-hentinya ia berucap syukur, ia sangat senang Noah masih ada bersamanya. Tak lama keduanya melihat Noah yang terusik dalam tidurnya. Jevariel yang melihat itu lantas bersiap di samping Noah.

Perlahan mata sayu itu terbuka, menampakkan manik hitam legam milik Noah yang indah. Jevariel masih tak percaya jika kini Noah masih ada bersamanya. Ia bahkan masih ingat saat para dokter dengan tergesa menangani tubuh Noah. Apalagi saat kain putih menutup tubuh Noah seluruhnya. Ia tak akan lupa itu, sepanjang hidupnya ia takkan melupakan itu.

"Makasih, makasih karna lo mau bertahan sampe sekarang. Makasih karna lo masih ngasih kesempatan buat gue untuk lebih banyak berperan", ucapnya sambil menggenggam erat tangan Noah.

Tak peduli dengan wajahnya yang kini basah sebab airmata yang tanpa permisi terus keluar. Ia hanya ingin mengungkapkannya. Rasa syukur yang tak ada hentinya sebab ia masih diberi kesempatan kedua.

Sharra yang melihat itu pun juga tak kuasa menahan tangisnya. Ia yang menjadi saksi selama ini bagaimana beratnya hidup mereka berdua. Terutama Noah. Bahkan bukan hanya sekali ia berada dalam posisi seperti ini, Semesta terlalu banyak bercanda padanya sebelumnya.

Ia harap tak ada lagi candaan dari semesta yang pada akhirnya hanya akan mengundang air mata dari keduanya. Ia harap setelah ini semesta memberi waktu untuk Noah berbahagia, walaupun hanya sekejap saja.
___________________________________________

Tak terasa hampir 30 menit keduanya berada didalam sana. Noah sudah bisa dianjak berkomunikasi, meskipun masih sangat kesusahan. Keduanya paham jika sakit yang Noah rasa tak lagi bisa diremehkan oleh mereka, Noah yang terlihat lemah sekarang juga akibat dari sakit dibagian perut yang teramat dan terus ia rasa.

Noah mengangkat jari-jarinya, Jevariel yang melihat itu lantas mendekat.

"Mau apa ?", tanyanya.

"Mau minum, gue haus", ucapnya dengan terbata. Lagi, Jevariel teringat kejadian sebelumnya. Saat ia berniat mengambilkan minum untuk Noah dan setelah itu kejadian tak terduga terjadi padanya.

Sharra yang melihat Jevariel terdiam lantas mendekat.

"Kenapa ?", tanyanya pada Jevariel.

"Haus kak", bukan Jevariel yang menjawab tapi Noah. Ia lantas mendekat ke arah Noah. Berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Noah.

"Sabar ya, kata dokter lo ngga boleh konsumsi apapun dulu. Lo mesti istirahatin organ tubuh lo dulu. Satu-satunya asupan yang boleh masuk ke tubuh lo cuma dari asupan parenteral ini doang, kalo dipaksa nanti malah bahaya buat lo. Yang ada malah nambah sakit nanti", terangnya pada Noah.

Is It Home ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang