1. Hated Diamond

6.4K 275 11
                                    

Pagi ini, dikeluarga Airlangga, mereka tengah sarapan bersama. Tak ada suara lain kecuali dentingan sendok dengan piring. Airlangga yang terkenal tegas, tentu tak akan membiarkan ada suara lain selain itu di meja makan.

Keluarga Airlangga, keluarga yang nampak jadi impian bagi orang-orang disekitarnya. Keluarga yang nampak harmonis dan hangat. Bukan itu sebenarnya yang mereka kagumkan, tapi  cara parenting mereka yang terkenal bagus.

Airlangga yang tegas dan disiplin pada semua putranya tanpa terkecuali serta istrinya yang terkenal lembut dan tak pernah mereka lihat nyonya Airlangga yang meninggikan nadanya saat berbicara pada putranya. Nyonya Airlangga orang yang lembut, namun bukan berarti ia orang yang mudah luluh pada semua permintaan putranya, ia tetap menerapkan batasan agar putra-putranya tidak menjadi manja.

Tapi sekali lagi perlu ditegaskan bahwa itu pendapat dari orang-orang disekitarnya, tentu putra mereka yang menjalani sendiri parenting dari keduanya, memiliki pandangan yang berbeda soal itu.

Mereka semua selesai sarapan, nyonya Airlangga tengah membawa semua piring kotor ke dapur untuk ia cuci sedangkan Airlangga dan ketiga putranya masih berada di meja makan.

"Adek, di cek lagi barang-barangnya, pr nya juga. Jangan sampai nanti kamu dapet poin karena pelanggaran, jangan sampai juga nanti kamu ngerjain tugas lain saat pelajaran", titah Airlangga.

"Udah Yah, semalem Juna dibantu sama bang Hasbi buat beresin buku, trus tugas nya juga dibantu sama bang Rei", ucapan Juna yang lantas diangguki oleh Airlangga. Keadaan kembali hening hingga akhirnya terdengar suara kursi yang diseret.

"Ayah, Hasbi sama Rei berangkat dulu ya,  udah jam 06.35 pagi ini kita ada apel", terang Hasbi yang lantas diangguki oleh Rei juga. Airlangga belum sempat membalas keduanya, tapi terpotong dengan Juna yang tiba-tiba membuka suara.

"Adek bareng bang !! Ayah, Juna bareng bang Hasbi sama bang Rei ya?", pintanya pada Airlangga.

"Lain kali ya dek? Bang Rei sama bang Hasbi lagi buru-buru, sekolah adek sama abang kan beda arah", tolak Rei dengan halus.

"Aaaa... Adek pengin bareng abang. Ayah..", merasa permintaannya tak dituruti, ia lantas meminta bantuan pada sang ayah.

"Dek.. Besok ya? Aban—", ucapan Hasbi terpotong oleh Airlangga.

"Anter dulu sih bang adeknya, toh muternya ga terlalu jauh, sekolah kalian juga deket kan", titah Airlangga.

"Tapi Yah, kita u—", Rei yang berniat menginterupsi, terpaksa menghentikan ucapannya karena ditahan oleh Hasbi.

"Yaudah, adek cepet siap-siap sana, kita tunggu didepan", suruh Hasbi, dan Juna pun lantas berlari ke kamarnya mengambil tas dan perlengkapan lainnya.

" Yah, kita kedepan dulu ya, soalnya Hasbi perlu manasin mobil", Airlangga lantas mengangguk, Rei dan Hasbi pun lantas melangkah ke depan.

"Bang, harusnya kita nolak aja. Rei udah beneran telat ini. Bang Hasbi juga kan? Kalo pake motor kan kita bisa cepet, kalo mobil pasti nanti macet", protes Rei.

"Ya, mau gimana lagi Rei. Gapapa ya? Abang usahain kita tetep tepat waktu", tak lama setelah itu Juna keluar dengan seragam dan tas yang melekat rapi ditubuhnya.

"Ayo bang !!", serunya dengan semangat.

"Okei, lets go !!", ketiganya lantas masuk kedalam mobil dan menuju ke sekolah Juna lebih dulu. Sekitar 10 menit, akhirnya mereka sampai di sekolah Juna.

"Adek, nanti pulang jam berapa?", tanya Hasbi pada Juna.

"Jam 3 bang !!", jawab Juan.

"Oke, nanti jangan kemana-mana ya, tunggu sini nanti biar kita jemput", Juna yang mendengar itu lantas mengangguk.

Is It Home ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang