63. Mistrust

1K 108 41
                                    

Kini Hasbi beserta dengan Rei dan bundanya tengah menghampiri Arjuna di rumah Airlangga. Dengan tak sabaran, Arletta terus mengetuk pintu rumah Airlangga agar segera dibuka. Tak lama, pintu terbuka, menampakkan Airlangga yang nampak lesu dari biasanya.

"Mana Arjuna ?", tanya Arletta dengan tergesa. Arletta berniat menerobos masuk sebelum akhirnya Airlangga menahannya.

"Lepas, aku mau ketemu anakku", ucapnya.

"Jangan kasar sama dia, jangan lagi kamu marahin dia. Jangan lagi bersikap kaya kemarin ke dia. Dia lagi sakit, kamu jangan macem-macem sama dia", larangnya pada Arletta.

"Aku ibunya mas, ngga mungkin aku macem-macem sama dia. Tanpa kamu kasih tau pun aku tau apa yang harus aku lakukan. Aku juga ngga segila itu buat benci dan memperlakukan anakku dengan buruk. Apalagi setelah tau kalo dia sama sekali ngga bersalah. Aku masih waras mas, ngga perlu kamu ngasih wejangan ke aku kaya gitu", ucapnya.

"Aku cuma ngga mau Arjuna makin sakit nantinya, ak––

Ucapannya terpotong karena Arletta yang kembali membuka suara.

"Aku tau, dari awal aku sama sekali ngga marah sama dia. Aku tau, apa yang mesti aku lakuin ke dia. Jadi stop buang waktu dengan nahan aku disini", mendengar hal itu, Airlangga lantas melepas cekalannya pada tangan Arletta. Setelah itu Arletta pun masuk, meninggalkan Hasbi dan Rei yang masih berhadapan dengan Airlangga.

"Bunda ngga bakal ngapa-ngapain adek kan bang ?", tanyanya pada Hasbi.

"Ayah nanyain pertanyaan yang ayah sendiri udah tau jawabannya. Mana pernah bunda ngapa-ngapain anaknya ? Bunda bukan ayah yang dengan ringan tangan selalu ngasih kekerasan ke anaknya", ucapnya sarkas.

"Bang, ay––

Lagi, Airlangga seakan tak diizinkan untuk kembali bersuara.

"Ayah ngga perlu sekhawatir itu, nyatanya selama ini adek sama bunda aman-aman aja. Kekhawatiran ayah tu sia-sia, adek ada ditangan yang tepat, yaitu bunda. Udah lah yah, abang mau nemuin adek. Baru beberapa hari disini aja adek udah sakit gini, gimana nanti kalo lama ? Ayo Rei masuk", ucap Hasbi yang lantas beranjak menuju kamar Arjuna.

Sedangkan Rei, sesaat setelah Hasbi masuk, ia bersitatap dengan Airlangga. Tak ada ucapan yang keluar antar keduanya. Rei pun berniat menyusul Hasbi untuk ikut masuk ke kamar Arjuna.

Rei melewati Airlangga yang kini berada diambang pintu. Ia melangkah dengan biasa, karena memang tak ada yang perlu diubah darinya. Jujur saja, ditinggal berdua dengan ayahnya seperti ini, sejenak membuat Rei merasa takut dan canggung. Entahlah, tapi rasanya ia merasa asing dengan ayahnya.

Baru beberapa langkah Rei masuk kedalam rumah, ia merasa tangannya dicekal. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Airlangga. Hanya dicekal seperti ini saja, Rei merasa keringat dingin yang mulai membasahi pelipisnya, ia merasa was-was.

Katakanlah jika Rei kini takut pada Airlangga, Airlangga hanya mencekal lengannya, tapi Rei kini sudah mematung didepannya. Airlangga yang melihat itu hanya membuang napasnya sebelum akhirnya kembali berucap. 

"Rei, kita perlu bicara", ucap Airlangga pada Rei yang kini masih diam didepannya.
_____________________________________

Di kamar Arjuna, Hasbi dan Arletta hanya duduk di sisi ranjang milik Arjuna yang kini masih terlelap. Dari posisinya ini dapat ia lihat jika Arjuna memang lebih pucat dari sebelumnya. Tangan Arletta bergerak mendekat ke arah Arjuna, mengusap pelan surau hitam milik Arjuna yang kini sedikit basah karena keringat miliknya.

Panas, ia merasakan panas saat kulitnya bersentuhan dengan milik Arjuna. Tak lama Arjuna terbangun karena merasakan usapan dikepalanya.

Mata sayu itu perlahan terbuka, objek yang ia lihat pertama adalah bundanya. Arjuna pun lantas bangun dari posisinya dan berhambur memeluk Arletta.

Is It Home ? Where stories live. Discover now