25. Stubborn

1.5K 147 15
                                    

Samudra membuka matanya perlahan. Pening ia rasakan saat pertama kali membuka mata. Ia meraba sekitar pelipisnya dan mendapati tekstur kasa yang nampak melingkar di kepalanya.

Ia lantas bangun, mendapati bahwa kini dirinya berada di satu ruangan yang asing. Yang dirinya sendiri bahkan tak bisa mengenalinya. Tapi dari bau yang menyeruak ke seluruh rongga hidungnya, dapat ia tebak bahwa kini ia tengah berada di rumah sakit.

Di ruangan ini ia sendiri, namun ia mendapati barang- barang yang tak asing yang tergeletak di sofa ruangan ini. Ada sepatu skate, juga printilan-printilan lain yang berhubungan dengan hal tersebut.

Samudra mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi, ia hanya ingat jika terakhir kali, dirinya tengah berada di dalam arena, menggerakkan kakinya dengan lihai, hingga akhirnya ia merasa pening dan setelah itu ia tak ingat apapun lagi.

Tak lama ia mendengar pintu di buka, menampilkan sosok coach dan beberapa rekannya yang masuk secara beriringan.

"Udah sadar Sam ? Ada yang sakit ga ? Biar kita panggilin dokter", pinta rekannya yang kini tengah mendekat ke arahnya. Samudra menggeleng.

"Gue kenapa ? Ini kepala gue ?", tanya Samudra.

"Lo jatuh, tabrakan sama gue. Gue gatau lo kenapa bisa tiba-tiba oleng. Gerakan lo makin kacau trus nabrak gue. Gue sih gapapa, cuma kepala lo sempet kebentur tadi. Kita panik karna lo pingsan dan ga bangun-bangun", terang rekannya.

"Terus kita kalah dong ?", tanya Samudra.

"Iya, tapi gapapa, namanya kecelakaan kan ?", ucap temannya menenangkan.

"Sorry, gara-gara gue kita jadi kalah", ucap Samudra sambil meminta maaf.

"No need, namanya musibah. Masih ada kesempatan lain. Btw, gue belum ngabarin bokap lo, gue ga enak mau buka hp lo tadi", ucap temannya.

"Sorry banget, padahal lomba itu cuma setahun sekali, kita bisa branding lewat itu. Gue minta maaf banget, gara-gara gue kita jadi gabisa lanjut ke babak selanjutnya. Iya, gue kabarin sendiri aja. Makasih", ucap Samudra yang benar-benar merasa bersalah.

"Gue bilang juga gapapa, ya kan coach ? Masih ada lomba lomba lainnya lagi", ucap rekannya lagi.

"Iya Samudra gapapa, ga perlu ngrasa bersalah. Coach bakal bantu biar kalian bisa ikut di kesempatan lain. Kamu fokus buat sembuh, jaga kesehatan", mendengar hal itu Samudra pun lantas berterimakasih.

"Gue bisa pulang kapan ?", tanya Samudra pada temannya.

"Harusnya sih ga perlu nginep, cuma tadi lo sadarnya lama banget, trus dokter nyaranin buat lo disini dulu, buat mastiin gaada cedera lain", Samudra hanya mengangguk mendengar hal itu.

Tak lama setelah itu mereka berniat pamit untuk undur diri, mereka menawarkan untuk menunggu sampai papa Samudra datang, tapi Samudra menolak karena merasa tidak enak jika terus-terusan merepotkan mereka semua.

Berakhir kini Samudra berada di ruangan itu sendiri. Samudra masih marah, ia tak berniat mengabari papa nya. Ia malah menghubungi Jevariel untuk datang menemaninya.

Sekitar 30 menit setelahnya, Jevariel sampai disana.

"Sam", panggil Jevariel begitu masuk ke ruangan Samudra.

"Sorry gue ga bawa apa-apa, bingung juga mau bawain lo apa. Banyak mau soalnya", ucap Jevariel dengan nada bercanda.

"Sialan, gapapa gue juga lagi ga pengen apa-apa. Btw, nanti gue ganti gaji lo malem ini karena udah bolos buat nemenin gue", ucap Samudra.

"Ga perlu, lo temen gue, jagain ya jagain aja gausah pake dibayar-bayar juga", tolak Jevariel.

"Btw, lo beneran ga ngabarin bokap lo ?", tanya Jevariel.

Is It Home ? Where stories live. Discover now