45. Missing

1K 100 8
                                    

Seminggu berlalu sejak terakhir kali terjadi pertikaian antara ayah dan bundanya. Kini Hasbi, Rei, dan Arjuna sama sekali tak mendengar kabar soal ayahnya. Tak ada lagi pesan yang terkirim, baik ke Hasbi maupun Arjuna. Surat perceraian sudah bundanya kirim, namun belum ada balasan tanda tangan dari suaminya itu.

Kini mereka berempat tengah berada di halaman belakang. Hanya duduk santai, sambil bercerita tentang diri masing-masing. Sampai akhirnya Hasbi menyinggung kembali soal ayahnya.

"Ayah udah tanda tanganin suratnya bun ?", tanya Hasbi.

"Belum bang, ayah juga ngga ada chat bunda. Entah nolak atau setuju. Bunda ngga mau nantinya berakhir mediasi, bunda udah cukup nahan selama ini", terang bundanya.

"Iya bun abang paham. Oiya adek, ayah ada chat ke adek ngga ? Masih ganggu adek ngga ?", tanya Hasbi dan Arjuna hanya menggeleng.

"Engga, selepas kejadian itu ayah ngga chat adek lagi. Ada kali seminggu, untung lah", semuanya mengangguk, kecuali Rei.

Seminggu tanpa kabar bukankah aneh ? Padahal sebelumnya hampir setiap menit ayahnya mengirim pesan ke Arjuna, membujuknya dan menjanjikannya macam-macam.

Rei masih sibuk dengan praduganya hingga tak menyadari jika kini bundanya tengah menatapnya dengan lekat.

"Oh iya, kalian mulai masuk sekolah kapan ?", tanya bundanya yang lantas menyadarkan Rei dari lamunannya.

"Minggu depan deh bun kayaknya kemaren abang liat", jawab Hasbi.

"Udah dipersiapin semua buat semester baru ? Alat tulis alat sekolah udah dibeli semua ? Terutama adek, taun ini masuk SMA, ditempat yang sama kaya abang-abangnya. Adek excited ngga nih buat di sekolah baru ?", tanya bundanya yang lantas di jawab anggukan oleh Arjuna.

"Padahal di SMP adek sebelumnya juga baru berapa bulan, udah pindah lagi aja", ucapan Arjuna yang lantas mengundang senyum kecut diantara mereka.

"Tapi ngga papa, disekolah yang baru kan bareng bang abi sama bang Rei. Lumayan adek kalo jajan ngga perlu keluar uang", ucap Arjuna yang lantas diiringi dengan tawanya.

"Dih, biasanya juga abang yang bayarin, lumayan apanya, padahal mah tiap hari", sahut Hasbi yang lantas membuat Arjuna sedikit kesal.

"Mana ada, adek pake uang sendiri ya. Bunda, liat ! Abang jailin adek mulu", adu nya pada sang bunda.

"Tapi bener kan ? Abang sering bayarin adek ?", jawab bundanya yang juga ikut menggoda Arjuna.

"Ish, bunda mah. Ya bener, tapi kan ad--", belum selesai Arjuna berbicara, Hasbi lebih dulu meraup wajah Arjuna, membuat Arjuna diam seketika.

"Tangan abang bau ih", ucap Arjuna setelahnya.

"Ya kah ? Oh iya sih, tadi abang abis bersihin kandang kucing belum cuci tangan", setelah mengucapkan hal itu Hasbi lantas kabur karena tau reaksi Arjuna setelahnya. Dan benar saja, setelahnya Arjuna mengamuk dan mengejar Hasbi, meninggalkan Rei dan bundanya disana yang memandang keduanya sambil tertawa.

"Ada aja bahan buat jailin adek. Abang ni emang jail banget. Adeknya juga emosian, padahal kita ngga ada pelihara apapun, gampang banget dikibulin sama abangnya", Rei yang mendengar itu hanya tertawa.

"Bunda", panggil Rei yang lantas membuat bundanya menoleh.

"Ayah beneran ngga ada kabar bun ?", tanya Rei yang tentu membuat raut wajah bundanya berubah.

"Iya Rei, kenapa ?", tanya balik bundanya.

"Ah engga bun. Cuma aneh ngga sih bun ? Udah seminggu sama sekali ngga ada kabar, Rei takut ayah kenapa-napa bun. Ngga biasanya ayah kaya gini kan ?", ucap Rei yang sebenarnya disetujui oleh bundanya.

Is It Home ? Where stories live. Discover now