32 - alasan Kayi

240 25 3
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

Siang ini Liru mengajak Rezel ke ladang menggantikan Bopa yang sedang mengurus hal lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang ini Liru mengajak Rezel ke ladang menggantikan Bopa yang sedang mengurus hal lain. Remaja itu nampak bersemangat setelah Liru mengatakan bahwa ada banyak buah yang bisa mereka dapat.

"Itu Lanu 'kan?" Rezel bertanya seraya menunjuk ke arah Lanu yang sedang memanjat pohon kelapa sementara Magu dan Bi Kayi terlihat menungguinya.

"Iya, Dimi yang suruh ke sini." Liru tersenyum, lantas melangkah lebih dulu menghampiri tiga remaja lainnya. Ia langsung berdiri tepat disebelah Bi Kayi yang detik selanjutnya langsung berpindah tempat.

Lagi-lagi Liru hanya bisa menghela napas.

"Rezel, jangan di situ!" Magu menyeru saat melihat Rezel terus melangkah di bawah pohon kelapa, area yang cukup berbahaya. "Nanti ada kelapa jatuh!"

Mendengar itu Rezel langsung menjauh, beralih menghampiri Liru dan Magu. "Aku mau nyoba manjat juga."

"Jangan!"

"Jangan!"

Tolak Liru dan Magu bersamaan, keduanya nampak memasang wajah tak suka mendengar perkataan Rezel.

"Nanti kalau jatuh bagaimana? Lanu itu sudah dari kecil memanjat pohon kelapa jadi dia sudah terbiasa." Liru langsung menjelaskan, tak ingin Rezel berkecil hati. Maka saat melihat air muka Rezel berubah suram ia segera menghiburnya. "Kayi juga tidak bisa panjat pohon kelapa, jadi tidak usah jengkel begitu."

Rezel mendelik, bisa-bisanya Liru malah membandingkannya dengan Bi Kayi. "Ya 'kan dia perempuan. Kalau aku laki-laki," cicitnya dengan suara kecil hingga Liru tak sampai mendengarnya. Terbukti lelaki itu kini malah terkekeh menepuk kepalanya.

Tak berselang lama, Lanu yang sudah berada di puncak pohon berhasil menjatuhkan beberapa buah yang langsung dipungut oleh Magu. Begitu selesai dengan tugasnya, remaja itu segera turun dengan hati-hati.

Tanpa menunggu aba-aba dari Liru, Magu mulai mengerjakan bagiannya. Dengan menggunakan golok ia mulai menebas bagian atas kelapa tersebut hingga memperlihatkan lubang kecil, cukup untuk mengeluarkan air kelapanya.

"Minum dulu," kata Magu menyerahkan kelapa itu pada Rezel.

Sejujurnya Rezel tak berekspektasi tinggi, karena menurutnya semua air kelapa rasanya sama. Tapi rupanya yang satu ini berbeda, terasa lebih manis dan jauh lebih segar daripada yang biasa ia temukan. Kedua matanya sampai melebar meneguk air kelapa langsung dari batoknya.

"Enak?" Lanu bertanya lebih dulu, pasalnya ia yang memilih kelapa. Jika Rezel tak menikmatinya, maka dirinya lah yang harus disalahkan.

"Enak. Seger," jawab Rezel lalu kembali meneguk air kelapa yang tersisa. Ia bahkan tak peduli jika perutnya jadi kembung setelah ini, ia terlanjur terjebak dalam nikmatnya sensasi air kelapa yang segar melewati kerongkongannya yang kering di cuaca panas siang bolong seperti ini.

Reze na paramWhere stories live. Discover now