05 - tidak mau menurut

805 65 0
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.
.
.
.

Elina keluar dari kamar putranya membawa nampan berisi piring bekas makan Rezel yang bahkan tidak dihabiskan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Elina keluar dari kamar putranya membawa nampan berisi piring bekas makan Rezel yang bahkan tidak dihabiskan. Dengan hati-hati wanita itu menutup pintu agar si penghuni kamar tidak terganggu.

"El, udah boleh masuk nggak?" tanya Ghali yang tau-tau sudah berdiri dibelakang sang istri.

Gelengan pelan menjadi jawaban untuk pertanyaan Ghali. Elina menghela panjang sebelum berujar, "Dia masih nggak mau ketemu siapa-siapa. Katanya mau sendiri dulu."

Sudah 5 hari berlalu sejak kejadian itu dan ini adalah malam pertama Rezel menginap di rumah setelah mendekam dirumah sakit karena geger otak yang diderita. Ingatannya tentang kejadian hari itu lenyap, seperti kepingan puzzle yang dibuang entah kemana. Tapi dokter sudah menjelaskan bahwa Rezel mungkin saja mengalami amnesia disosiatif yang disebabkan oleh traumanya hari itu.

Secara fisik, anak itu memang terlihatt sudah mulai membaik tapi secara mental sepertinya Rezel benar-benar kacau. Ia tak ingin bertemu siapapun, bahkan menolak orang-orang yang datang untuk menjenguknya. Di rumah sakit pun hanya ingin ditemani Ghali dan Elina, tapi sekarang Rezel bahkan sudah tak mengizinkan Ghali masuk ke kamarnya.

"Kalo aku masuk pas dia tidur nggak apa-apa 'kan El?" Ghali terus mengekori Elina yang berjalan menuju dapur. "Dia pasti nggak tahu kalau aku masuk."

Wanita itu meletakkan nampannya di wastafel dan langsung mencucinya. "Coba aja. Tapi jangan sampe dia kebangun." peringat Elina.

Ghali mengangguk yakin. "Nggak bakal."

"Gimana urusannya sama polisi? Rezel aman 'kan?"

"Aman," jawab Ghali tenang. Ia mengambil segelas air lalu duduk di atas meja pantri tepat dibelakang Elina. "Lagian mereka emang penjahat. Polisi nemuin bukti kalo ternyata mereka itu udah ngelechin banyak anak, bahkan melakukan pembunuhan di sana."

Elina mengakhiri kegiatannya dan berbalik menatap Ghali dalam. Ia tahu apa yang akan lelaki itu katakan selanjutnya.

"Aku bersyukur banget kamu nggak kenapa-napa," kata Ghali setengah berbisik. Ia mengusap wajahnya frustasi, hingga detik ini pun ia masih terbayang-bayang ketakutannya akan kehilangan Elina. Fakta kalau mereka telah membuntuti istrinya sejak keluar dari rumah dan bahkan sempat mencelakai Elina sebelum sampai di sekolah membuat Ghali menyimpan rasa bersalah yang dalam.

Ya, para Tuda itulah yang menyebabkan Elina mengalami kecelakaan hingga terlambat menjemput Rezel.

"Aku janji bakal lebih hati-hati," sahut Elina, ia memasang senyum teduh yang mampu membawa ketenangan dihati lelakinya. 

"Sini," pinta Ghali seraya meletakkan gelasnya lalu menyambut Elina untuk ia rengkuh dalam pelukan. "Aku sayang kamu El. Tolong banget, kejadian kayak gini jangan sampe keulang lagi. Aku nggak bisa tenang kalo kalian kenapa-napa."

Reze na paramWhere stories live. Discover now