11 - Laeng

414 44 2
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.
.
.
.

Di atas tanah yang basah, tanpa sehelai kain menutupi bagian atas tubuhnya, Rezel terpekur dalam waktu cukup lama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di atas tanah yang basah, tanpa sehelai kain menutupi bagian atas tubuhnya, Rezel terpekur dalam waktu cukup lama. Bersama aroma bangkai yang entah berasal dari mana, namun mampu membuat hidungnya tersiksa.

"Na Param!"

Rezel memutar tubuhnya, mencari jejak sosok itu namun ia tak menemukan tanda apapun. Padahal biasanya Na Parama yang akan memunculkan diri sebelum ia mencarinya.

Langkah demi langkah Rezel lalui, dengan kaki telanjang yang bersentuhan langsung dengan dinginnya tanah bercampur air. Namun ia tak juga menemukan jalan keluar. Hanya pohon-pohon besar yang bisa pandangannya raih di tengah cahaya yang minim.

Namun rasa penasarannya berbalas saat suara menyeramkan samar mulai terdengar. Menyapa telinga tapi membuat bulu kuduknya meremang.

"Innamito (makananku)."

"Andau namito teeya' (kamu makanan berharga)."

Perlahan sosok menyeramkan itu mulai menampakkan diri dari balik pohon. Berbadan besar yang tingginya mencapai 2 meter, mata menyala dengan pupil berwarna cokelat terang selayaknya orang banama pada umumnya. Dua taring dengan lidah yang menjulur panjang membuat Rezel terpaku saking terkejutnya.

Remaja itu mendadak kaku, tak bisa bergerak bahkan bernapas dengan benarpun terasa sangat sulit. Kemudian sosok itu semakin mendekat, seiring dengan aroma bangkai yang menguar dari tubuhnya.

Rezel meluruh tanpa tenaga. Dalam hati berteriak keras untuk kabur namun tubuhnya malah beraksi sebaliknya.

"Na Param," lirih Rezel dengan suara gemetar.

"Nna' daga demunke no liredawo (tidak ada yang bisa menolongmu)."

Deruh napas Rezel semakin memburu kala monster mengerikan itu bersimpuh dihadapannya. Lidah panjang menjijikkan itu bahkan terjulur, menjilat leher sampai bahunya hingga terasa lengket.

Basah dan bau, Rezel tidak tahan.

"Namito! (Makan)."

Tepat saat sosok itu membuka mulut dengan lebar, disaat yang sama Rezel merasa sesuatu telah menariknya. Jauh ke dalam ruang hampa tanpa cahaya dan suara.

Udara dingin yang sebelumnya membelenggu telah berganti hangat yang memeluk dengan lembut. Mengantarkan kenyamanan hingga membuatnya terlelap dalam waktu singkat.

"Rezeli."

Itu suara Na Parama. Rezel hapal betul. Nadanya terdengar lembut dan manis. Tapi Rezel enggan membuka mata, masih nyaman dengan posisinya yang entah dimana sekarang.

Reze na paramWhere stories live. Discover now