13 - alai!

377 39 1
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.
.
.
.

Setelah insiden tadi pagi yang menjadikan Aiden korban, kini Rezel harus rela merawat sahabatnya sebagai bentuk tanggung jawab

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Setelah insiden tadi pagi yang menjadikan Aiden korban, kini Rezel harus rela merawat sahabatnya sebagai bentuk tanggung jawab. Untungnya, Aiden memilih menginap di rumah Rezel daripada rumahnya sendiri yang memang tak berpenghuni.

Jika di sini, setidaknya ada Elina yang bisa membantu Rezel mengurusi Aiden saat cowok itu sedang rewel. Seperti saat ini, Aiden terus saja mengeluh pusing sampai Rezel tak tahu harus melakukan apalagi. Elina sudah memberinya obat, mengelus kepalanya seperti yang anak itu minta tapi Aiden terus saja mengaduh kesakitan.

Jika saja sang Bunda tak di kamar mungkin Rezel sudah menyumpal mulut sahabatnya.

"Tante, sakit. Nyut-nyutan banget ini."

Elina mengangguk, ia tahu sebenarnya Aiden hanya ingin bermanja. Sakit itu hanya alasan agar Rezel tak memakinya. Sudah dua belas tahun ia mengenal Aiden, ia sudah tahu bagaimana latar belakang sahabat dari putranya itu. Tentang orangtuanya yang memilih berpisah lalu menetap di luar negeri juga kegalauan Aiden yang selalu butuh kasih sayang. Pada dasarnya, semua kelakuan nakalnya hanya untuk mendapat perhatian walau selalu berakhir tak menyenangkan.

"Kalo Rante pijat di sini gimana?"

Aiden memejam, menikmati sentuhan lembut Elina yang memijat pelipisnya penuh sayang. Sembari wanita itu menggumamkan kata-kata penenang yang sesekali disekipkan omelan untuk putranya sendiri.

"Gara-gara kamu nih, Zel. Bunda udah bilang, kalau main fisik jangan kebeblasan." Elina melirik putranya yang malah duduk di pojok kasur mendribble bola basketnya.

"Tante, Rezel berisik," adu Aiden dengan wajah cemberut.

Elina langsung mendesis pada Rezel. "Taruh bolanya!"

Rezel mendengus sebal. Ia berdiri mendekati Aiden dengan bola kesayangannya. Sedikit menggertak dengan berlagak ingin melempar benda bulat itu ke wajah Aiden.

"Tante, Rezel!" Aiden refleks mengangkat tangan melindungi diri. Apalagi wajah kesal sahabatnya yang begitu kentara.

Wanita cantik itu hanya menatap Rezel jengah. Lalu ia bangkit dan merampas bola basket dari tangan Rezel. "Sekarang kamu yang pijitin Aiden, Bunda mau masak dulu."

Tidak ada protes sama sekali dari Rezel. Ia hanya diam di samping tempat tidur mengamati setiap langkah yang membawa Elina keluar dari kamar. Begitu pintu tertutup ia mengalihkan pandangannya pada Aiden.

"Pijitin," Nada manja menggelikan Aiden keluar begitu saja. Ia bahkan mengerjap lucu walau dimata sahabatnya itu terlihat menjijikkan.

"Sini. Gue pijitin sampe kepala lo kebelah dua," kata Rezel enteng lalu mulai memijat Aiden.

Reze na paramUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum