15 - pengejaran

377 36 5
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.
.
.
.

Entah sudah berapa kali Rezel menghela napas panjang pagi ini

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Entah sudah berapa kali Rezel menghela napas panjang pagi ini. Setelah sempat berdebat panjang dengan Elina perihal penjagaan oleh Lapa, kini kesabarannya lagi-lagi diuji saat melihat lelaki menyeramkan itu memaksa masuk ke sekolah.

Sebelumnya Rezel sudah berlapang dada membiarkan Lapa mengantarnya sampai ke sekolah walau ia benar-benar tak menginginkannya. Tapi kali ini ia tak bisa lagi menerima.

"Dek, ini gimana? Masa bodyguardnya mau ikut masuk?"

Rezel benar-benar merasa malu, beberapa murid yang lewat ikut memperhatikannya saat satpam mulai bersuara keras.

"Kalau sampe dia kenapa-kenapa memangnya kamu mau tanggung jawab?!" Lapa menunjuk lelaki berseragam satpam itu dengan wajah bersungut. Tu Gora dan Na Dewe telah berpesan padanya untuk selalu dekat dengan Rezel, di sini ia hanya melakukan apa yang diperintahkan.

"Ujak, kita bicara dulu sebentar." Rezel akhirnya menarik Lapa menjauh dari gerbang sekolah, mencari tempat yang cukup sepi untuk mereka.

"Rezel, saya tidak bisa membiarkan kamu masuk sendirian. Bagaimana kalau ada Tuda yang menyamar dan melukaimu di dalam sana?" Lapa langsung mengutarakan keresahannya begitu langkah mereka berhenti.

"Nggak usah, di dalam pasti aman. Ujak tunggu di sini aja. Sekolah eman nggak ngizinin orang luar masuk, lagian saya juga malu kalo sampe Ujak ngintilin saya kemana-mana."

Lapa menatap remaja dihadapannya lamat-lamat. Menyadari gurat kesal dan nada bicara yang mulai marah membuatnya merasa bersalah. Tentu saja Rezel tidak nyaman dengan semua ini tapi Lapa tak punya pilihan lain. Ia harus melakukannya untuk keselamatan Rezel juga.

"Tuda itu berbahaya, Rezel. Mereka punya banyak cara, banyak tipuan. Saya tidak boleh lengah," kata Lapa dengan lembut. Ia menyentuh bahu Rezel namun anak itu menepisnya.

"Pokoknya Ujak tunggu di sini aja. Jangan masuk!" Tandas Rezel dan melenggang pergi karena bel masuk sudah berbunyi. Tapi rupanya Lapa tak juga menurut, lelaki itu tetap mengekorinya dari belakang.

Menyadari hal itu Rezel langsung berbalik, lantas menunjuk telinganya. "Na Parama bilang Ujak nggak usah ikut."

Lapa mengerjap mencerna ucapan anak itu. "Tayare bilang begitu?"

Rezel mengangguk cepat, walau sebenarnya itu hanya sebuah tipuan. Karena nyatanya, ia tak pernah lagi mendengar suara Na Parama setelah keributan yang terjadi di rumah De Sema kemarin.

"Ya sudah, kalau begitu saya tunggu di sini saja." Lapa mengalah. Tidak mungkin baginya melawan ucapan Na Parama.

Rezel tersenyum puas setelah berhasil mengelabui Lapa. Ia tak menyangka lelaki yang terlihat keras dan kasar itu mudah sekali dibohongi.

Reze na paramМесто, где живут истории. Откройте их для себя