27 - perpisahan

367 32 14
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

Setelah pembicaraan dengan Na Parama pada dini hari tadi, baik Elina maupun Ghali akhirnya sampai pada keputusan dimana mereka memilih menekan ego dalam-dalam dan membiarkan Rezel dibawa ke desa untuk memulihkan tubuhnya seperti yang Ti Mari katakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah pembicaraan dengan Na Parama pada dini hari tadi, baik Elina maupun Ghali akhirnya sampai pada keputusan dimana mereka memilih menekan ego dalam-dalam dan membiarkan Rezel dibawa ke desa untuk memulihkan tubuhnya seperti yang Ti Mari katakan.

Rezel pun tak memberikan komentar apapun, remaja itu terlihat pasrah saja pada keputusan Ayah dan Bundanya. Atau lebih tepatnya ia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar menanyakan alasan mengapa mereka akhirnya memutuskan untuk berubah pikiran.

Padahal Ti Mari telah mengobatinya seperti kemarin, tapi kali ini rasanya tidak bertahan lama. Tidak lebih dari dua jam setelah mobil yang mereka tumpangi meninggalkan kota, Rezel merasa sakit itu kembali berulah. Kini tubuh lemahnya sudah bersandar penuh pada sang Ayah yang selalu sigap memberikan tempat ternyaman. Ghali bahkan tak mengeluh walau baju yang dikenakan jadi ikut basah karena keringat Rezel yang terus keluar dengan tidak wajar.

Elina dan Lapa yang duduk dikursi depan pun sesekali melirik ke belakang, memastikan bahwa Rezel masih memiliki kekuatan untuk sampai ke desa. Sebab perjalanan ini tidak sebentar, mereka menempuh jalur darat yang memakan waktu sampai berjam-jam. Ditambah mereka masih harus waspada pada ancaman Tuda yang bisa saja mencegat mereka di tengah jalan.

Tu Gora membawa seorang Tegaki dan mengikuti mereka dari belakang. Mengawal sampai Rezel benar-benar memasuki desa dengan selamat tanpa hambatan dari Tuda yang mungkin saja telah mendengar kabar kepergian mereka hari ini. Walau sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak membocorkan rencana, tetap saja para Tegaki harus tetap waspada karena para Tuda selalu punya mata dan telinga dimana-mana.

"Zel," Ghali memanggil saat merasa putranya tidak bergerak sejak tadi. Takut-takut remaja itu pingsan di dalam mobil.

"Ya?" Terpaksa Rezel membuka mata, sedikit beringsut semakin merapatkan tubuhnya dalam dekapan Ghali saat hawa dingin perlahan menusuk permukaan kulitnya. "Masih jauh?"

Elina menatap prihatin saat suara lirih putranya terdengar samar, nyaris tak tertangkap indra pendengarnya. Wajah pucat dengan mata yang semakin sayu itu membuat rasa cemas Elina semakin besar, juga Rezel yang terlihat semakin sulit bernapas membuatnya tak bisa tenang. 

"Masih jauh, Zel. Tahan ya." Elina mencoba tersenyum, menguatkan putranya untuk tetap bertahan sampai mereka tiba.

Ghali pun mencoba melakukan hal serupa, ia eratkan rangkulannya dengan satu tangan menyisir rambut putranya yang lembab. Lalu saat telapak tangannya merasakan panas dari kulit Rezel, hatinya kembali tersayat. Ia sendiri tak bisa membayangkan betapa kesulitannya anak itu untuk tetap mempertahankan kesadarannya disaat kondisi tubuh yang sudah separah ini.

Reze na paramWhere stories live. Discover now