20 - pendam

322 28 5
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.
.
.
.

Rezel sudah dipulangkan mengingat kondisinya yang sejauh ini terus membaik, bahkan anak itu sudah bisa berjalan sendiri walau masih harus dibantu tongkat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rezel sudah dipulangkan mengingat kondisinya yang sejauh ini terus membaik, bahkan anak itu sudah bisa berjalan sendiri walau masih harus dibantu tongkat. Alasan lainnya adalah karena para Tuda terus mencoba mengusiknya, dan dengan mengurung remaja itu di rumah untuk sementara waktu akan lebih aman. Ada Lapa yang terus mengawasi, memastikan tidak ada Tuda yang mendekat disekitar mereka.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Rezel kemarin masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Elina. Ia masih tak mengerti apa alasan Rezel berontak dan menyakiti dirinya sendiri, sebab setelah kejadian itu Rezel belum mengeluarkan sepatah katapun lagi. Beberapa kali Elina bertanya apa yang sebenarnya terjadi tapi anak itu hanya menggeleng dan terus mengeluh capek.

Bahkan saat ini pun, sepiring nasi dan lauk kesukaannya hanya menjadi pajangan di atas nakas. Sedari tadi Rezel hanya meringkuk, menyembunyikan dirinya dibalik selimut dan enggan menanggapi siapapun.

"Elina."

Suara Ghali menginterupsi dari ambang pintu. Lelaki itu terlihat berantakan, kemeja putihnya terlihat kusut, rambut yang biasa rapih kini acak-acakan tak ditata seperti biasanya,  dan lingkaran hitam di bawah matanya semakin memperjelas betapa lelah lelaki itu saat ini.

"Ada Sema," lanjut Ghali lalu berbalik pergi.

Seketika Elina bangkit dan menyusul sang suami menemui sahabatnya yang beberapa hari ini tak menjalin komunikasi dengannya. Setelah Elina menyalahkan Sema atas kecelakaan Rezel tempo hari, sahabatnya itu memang tak pernah lagi terlihat atau menghubunginya sama sekali.

Walau sebenarnya saat itu Elina tak benar-benar marah dan ingin menyalahkan Sema, namun semua kata yang keluar nyatanya tetap berpengaruh dan membuat hubungan mereka renggang. Sungguh, demi apapun Elina merindukannya.

"Lekha." Suara Sema mengudara lebih dulu. Tanpa ragu ia mendekati sahabatnya dan memberikan pelukan seperti biasa. "Aku minta maaf."

"Aku yang seharusnya minta maaf, Sema. Aku yang salah, aku yang nggak becus tapi malah nyalahin kalian semua." Elina melirik Tu Gora yang duduk bersama Ghali. Lalu ia peluk Sema lebih erat. "Aku minta maaf, Sema. Makasih udah datang."

Beberapa saat berlalu hingga dua wanita itu saling melepas pelukan dan ikut duduk di sofa. Hening sempat menyelimuti empat orang dewasa itu lalu Tu Gora yang tak ingin berlama-lama akhirnya memulai percakapan.

"Pala sudah memberitahu saya apa yang terjadi pada Rezel kemarin," ujar Tu gora dengan suara beratnya. Kedua matanya memandangi Ghali sebentar lalu beralih pada Elina yang tak kalah kacau. "Na Lekha, kamu mungkin tidak tahu seperti apa rasanya berada dalam pengaruh energi kekuatan De. Tapi saya tahu, saya pernah merasakan apa yang selama ini Rezel rasakan dan memang sangat berat untuk menolak."

Reze na paramWhere stories live. Discover now