14 - apunai!

411 36 3
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.
.
.
.

"APA SUSAHNYA MENANGKAP BOCAH SIALAN ITU?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"APA SUSAHNYA MENANGKAP BOCAH SIALAN ITU?!"

BRAAKK!!!

Dalam ruangan yang semula sunyi Darya memukul meja penuh amarah, mengantarkan getar pada dua lelaki berbeda usia yang tertunduk lesu dihadapannya.

Lagi-lagi mereka gagal menjalankan misi. Padahal semua sudah Darya atur dan rencanakan sebaik mungkin, pemimpin dari Tuda itu bahkan rela merugi dengan membawa De Nahu mengumpulkan energi selama beberapa hari agar bisa menggunakan kekuatannya pada titisan Na Parama.

Tapi hasilnya tetap nihil.

"Kamu bilang kekuatan Na Parama belum bangkit dan ini pasti berhasil!" Darya menunjuk wajah De Nahu menagih janji. Ia tidak pernah berpikir bahwa rencana ini akan gagal saat melihat keyakinan lelaki tua itu sebelumnya.

De Nahu yang terpojok memilih tetap diam. Tangannya mengepal menyadari kegagalan ini adalah salahnya, jika saja ia mendengarkan Darya dan tidak terburu-buru melancarkan aksinya mungkin Rezel sudah digenggaman mereka saat ini.

Lebih dari itu, ia tak menyangka bahwa rupanya terlalu sulit untuk menguasai pikiran Rezel sepenuhnya karena energi Na Parama yang menghalangi. De Nahu sendiri sudah memperhatikan Rezel sejak lama dan bisa memastikan bahwa kekuatan Na Parama masih belum bangkit sepenuhnya, namun walaupun sudah begitu energi yang ia kumpulkan rupanya masih belum cukup untuk mengalahkan sosok terkuat itu.

"Ini salah saya Bos. Saya terlambat menangkap Rezel padahal Pak Nahu sudah mengambil alih pikirannya," sahut Gawa penuh sesal.

Satu pukulan dari Darya langsung melayang meninju wajah Gawa yang tak berusaha menghindar sama sekali. De Nahu yang melihat itu langsung menarik Gawa untuk berdiri dibelakangnya. Melindungu pemuda yang sudah lama bersamanya, dan Nahu pun sudah menganggapnya seperti keluarga.

"Saya yang salah. Gawa justru sudah melakukan tugasnya dengan baik. Saya yang tidak sabaran," sela De Nahu meyakinkan Darya walau suaranya gemetar ketakutan.

Seperti yang De Nahu mau, kini Darya beralih memukulinya untuk segala kesalahan mereka. Misi yang gagal dikerjakan hari ini tentu saja harus dibalas dengan hal yang pantas.

Membabi buta Darya memukuli lelaki yang lebih tua darinya, bahkan saat De Nahu sudah meringkuk di lantai ia tetap menendangnya berulang kali. Mengabaikan suara Gawa yang memohon-mohon padanya untuk memaafkan mereka.

Sampai Tagu datang, putra De Nahu itu langsung memeluk Ayahnya menghentikan aksi keji Darya. "Saya punya rencana lain."

Darya langsung tersenyum miring mendengar sebait kalimat yang Tagu lontarkan. Hal yang sebenarnya sudah Darya tunggu-tunggu selama ini.

Reze na paramWhere stories live. Discover now