Bagian 39 Pernikahan Impian

Start from the beginning
                                    

Syaron tersenyum, “Jadi, kamu ingin aku memberikan laporan, begitu?” godanya.

Pirat menyipitkan matanya, “Waktu magrib, isya, dan subuh. Aku baru sadar kamu tidak terlihat di rumah.”

Pertanyaan Pirat membuat Syaron pura-pura sedang berpikir. Pirat menunggu jawaban. “Ketemu Pak RT.”

Pirat mengernyit, memang dia yang kebanyakan berharap saja, jika laki-laki itu akan pergi ke masjid atau salat di tempat yang tidak dia ketahui. “Oooh,” Pirat mengangguk-angguk, setelah itu hendak masuk ke kamar mandi.

“Pirat,” panggilan Syaron membuat perempuan itu kembali berbalik, “aku disuruh mengenalkan kamu sama jamaah masjid. Istrinya Pak RT alias Bu RT, mau ngajak kamu gerumbul sama tetangga-tetangga, katanya pengin tahu cucu mantunya Yang Terhormat Bapak Hardian Soeryoningrat.”

Pirat mengedip-kedipkan mata, otaknya mencerna, dia tidak salah dengar, kan? Bukankah itu artinya memang Syaron selama ini pergi ke masjid? Sebuah senyum terukir di bibir tipisnya, lantas perempuan itu mengangguk, “Iya, ajak aku.”

Usai mengatakan itu, Pirat berbalik dan masuk ke kamar mandi. Syaron menatap pintu yang tertutup dengan senyum, namun segera berubah menjadi datar dan marah. Syaron membuka gawainya dengan cepat dan segera menelepon Panji.

“Panji, nanti siang saya mau ke kantor, jemput saya di rumah. Kita bicarakan hal selanjutnya nanti ketika bertemu,” setelah mengatakan itu, Syaron mematikan gawainya, dia meremas ponsel di tangan, menahan amarah. Subuh tadi, ketika Pirat sedang mandi, dia mendapat telepon dari orang yang tak terduga akan menghubunginya secara langsung. Pramana Ajidarma Soekjito, menghubunginya hanya untuk memberikan ancaman. Bikin Syaron kesal saja. Baru saja malam tadi dirinya dibuat terbang melayang diselimuti kebahagiaan, mendadak paginya sudah ada serangga-serangga menggigiti bagai parasit.

Di dalam kamar mandi, usai berganti pakaian, Pirat bercermin, menatap pantulan wajahnya, perlahan senyumnya timbul memikirkan hal-hal semalam dengan Syaron. Pirat menggeleng dengan mata tertutup, lalu menepuk-nepuk pipinya yang mendadak hangat. Dia masih tidak menyangka. Helaan napas terdengar ketika dia mengakhiri segala pikiran tentang Syaron. Laki-laki itu memang tidak baik untuk pikiran, jantung, dan hatinya.

Usai menetralkan jangtung dan hatinya, Pirat keluar dari kamar mandi, dan begitu terkejutnya perempuan itu mendapati wajah Syaron tepat di depannya ketika baru membuka pintu, “Wah!” Pirat memegangi dadanya, dia terkejut bukan main, helaan napas terdengar, membuat Syaron tersenyum. “Bikin orang jantungan saja! awas!” Pirat menggeser tubuh Syaron yang menghalangi jalannya.

Syaron menurut, namun, ketika melewati laki-laki itu, dengan cepat seperti kilat, sebuah kecupan berhasil dia daratkan di pipi Pirat, hal itu membuat Pirat mematung. Sementara Syaron langsung menggandeng Pirat dan memegangi pundaknya dari samping. Pirat masih merasa syok.

“Kamu mencintaiku, kan?” tanya Syaron tiba-tiba, setelah laki-laki membuat mereka berhadapan.

Pertanyaan Syaron di luar prediksi. “Kamu pagi-pagi begini kenapa mendadak tanya begitu?” Pirat balik bertanya.

“Kamu mau kan, menjalani pernikahan yang kamu impi-impikan?” tidak menjawab pertanyaan Pirat, Syaron bertanya lagi hal lain.

“Aku tidak memimpikan hal yang muluk-muluk,” jawab Pirat seadanya.

“Tapi kamu menginginkan sebuah pernikahan yang membuatmu bahagia, kan?”

“Ya, bahagia dunia dan akhirat.”

“Kalau begitu kamu harus mencintaiku, Pirat,” ujar Syaron dengan mantap dan percaya diri.

“Harus?”

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Where stories live. Discover now