Bagian 7 Pencipta Manusia Iblis

495 69 36
                                    

Assalamu'alaikum

Yang jawab salam semoga semakin barokah bacanya🤗

Bagian 7 Pencipta, Manusia, Iblis

"Kamu tidak percaya kalau Tuhan itu ada?"

Syaron dapat melihat keterkejutan di wajah Pirat. Dia tahu, perkara keraguannya kepada Tuhan akan menjadi nilai minus di mata Pirat.

"Memang, apa alasanku untuk percaya kalau Tuhan itu ada, Pirat? Kalau memang Dia ada, seharusnya ketika ada seorang hamba membutuhkan pertolongan-Nya, Dia membantunya, kan? Tapi kita tetap saja harus berusaha sendiri." Syaron yang dia kenal dulu tidak seperti sekarang. Syaron yang dulu, meskipun bukan hamba alim yang rajin beribadah, setidaknya dia tidak pernah mecela Tuhan.

Pirat kembali beristighfar, tangannya masing-masing mengepal, merasakan debaran yang menggila-sebuah ketakutan.

Ini salah, seharusnya Syaron mempercayai Tuhan. Allah itu ada! kukuh Pirat dalam hati.

Pirat yang tadinya ingin segera enyah, mendadak merasa bagai tubuhnya terpaku sekencang mungkin di tempatnya kini berada.

Pirat menegakkan tubuhnya di tempat duduk, kedua tangannya di atas meja saling meremas, napasnya naik turun, menetralkan detak yang tak beraturan. "Ada seorang atheis yang masuk ke sebuah masjid, dia mengajukan tiga pertanyaan yang hanya boleh dijawab dengan logika. Harus masuk akal dan ada rasionalisasinya. Yang mana artinya, tidak boleh dijawab dengan dalil, karena dalil itu hanya dipercaya oleh pengikutnya, oleh mereka yang meyakini, jika menggunakan dalil (naqli) justru diskusi ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Kamu mau mendengarkan apa saja yang pemuda itu tanyakan?"

Syaron mengangguk, "Beserta jawaban atas pertanyaannya," ujar laki-laki itu.

"Sang pemuda atheis bertanya, 'Siapa yang menciptakan Allah? Bukannya segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada penciptanya? Lalu, bagaimana Allah ada kalau tidak ada yang menciptakan?'. Pertanyaan ini dijawab oleh Imam Abu Hanifah Rahimahullah, 'Apakah engkau tahu dari mana angka 1 itu berasal? Sebagaimana angka 2 adalah hasil dari 1+1 atau 4 yang berasal dari 2+2? Jika kamu tau bahwa 1 itu adalah bilangan tunggal, dia bisa menciptakan angka lain, tapi dia tidak tercipta dari angka apapun, lalu apa yang membuatmu sulit untuk memahami bahwa Allah itu Dzat Maha Tunggal yang Maha Mencipta tapi tidak bisa diciptakan?'."

Syaron menyimak dengan baik setiap ucapan Pirat. Laki-laki itu diam saja. Meskipun bukan sepenuhnya apa yang Pirat katakan itu tepat dengan apa yang sebenarnya Syaron rasakan.

"Pertanyaan kedua, 'Bagaimana caranya manusia bisa makan dan minum tanpa buang air? Bukankah itu janji Allah di surga?'. Imam Abu Hanifah berkata, 'Saya ingin bertanya kepadamu, apakah kita ketika di dalam perut ibu kita semua makan? Apakah kita juga minum? Kalau memang kita makan dan minum, lalu bagaimana kita buang air ketika dalam perut ibu kita dulu? Jika engkau percaya bahwa kita dulu makan dan minum di perut ibu kita dan kita tidak buang air di dalamnya, lalu apa yang membuatmu sulit untuk percaya bahwa di surga kelak kita akan makan dan minum juga tanpa buang air?'."

Pirat mengangkat tangan kepada seorang waiter dan waiter itu mendekat. "Air mineral dan latte." Setelah sang pelayan menulis dan mengulang pesanan Pirat, dia pergi.

Tatapannya kembali pada Syaron dengan tetap menjauhi tatapan mata laki-laki itu. Di sana liar.

"Pertanyaan ketiga, 'Kalau iblis itu terbuat dari api, lalu bagaimana bisa Allah menyiksanya di dalam neraka? Bukankah neraka juga dari api?'."

"Benar. Pertanyaan ini mewakili sekali. Aku pun bingung. Coba bayangkan. Api dengan api. Apa ada yang akan tersiksa? Aku pikir ini tidak masuk akal." Syaron mengutarakan kebingungannya.

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang